BRG Intensif Lakukan Pencegahan Karhutla di Area Gambut
Sabtu, 15 Agustus 2020 | 02:00 WIB
Abdul Rahman Ahdori
Kontributor
Jakarta, NU Online
Badan Restorasi Gambut (BRG) RI terus melakukan secara intensif pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di area gambut. Pencegahan dilakukan dengan berbagai cara antara lain membasahi kembali ekosistem gambut yang rusak, membangun skat kanal, dan melibatkan masyarakat perdesaan untuk ikut serta merawat lahan gambut.
Deputi Bidang Edukasi Sosialisasi Partisipasi dan Kemitraan BRG RI Myrna A Safitri mengatakan, Indonesia memiliki luas lahan gambut mencapai 13,9 juta hektar. Sebagian dari lahan tersebut dalam kondisi rusak parah sekitar 2,6 juta hektar. Jika diukur secara teritori, luasan lahan gambut yang rusak tersebut tiga kali lipat Pulau Bali.
Berdasarkan Perpres No 1 tahun 2016 tugas BRG hanya melakukan pencegahan agar tidak terjadi kebakran hutan dan lahan. Karenanya BRG memfokuskan tiga aspek saat melakukan kerja-kerja di lapangan, yakni pemulihan hidrologi, vegetasi dan daya dukung sosial-ekonomi ekosistem gambut yang terdegradasi.
Kemudian, perlindungan ekosistem gambut bagi penyangga kehidupan. Dan penataan ulang pengelolaan (pemanfaatan) ekosistem gambut secara berkelanjutan. Sementara objek yang dikelola BRG adalah Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG).
"Kenapa lahan gambut rusak? Penyebab pertama karena dia dibuka. Artinya dia dikeringkan dengan cara dibangun kanal atau sungai buatan sehingga lahan gambut yang sebenarnya lahan basah jadi kering. Ketika jadi kering maka disitu jadi rawan terbakar," kata Myrna Safitri saat berbincang program Talk Show Media Daring, Selasa (11/8).
Menurut dosen pada Fakultas Hukum Universitas Pancasila ini, gambut ibarat spons, jika spons tersebut dalam keadaan baik maka dia mampu menyerap air. Sebaliknya jika dalam kondisi rusak maka spons tersebut tidak bisa menyerap. Myrna menjelaskan, saat kering gambut rawan terbakar dan ketika tidak mampu menyerap air itu pula lahan gambut bisa menyebabkan terjadinya bencana banjir.
"Nah musim kemarau gambut tidak menyimpan air, gambut dalam keadaan tidak baik sehingga kering dan mudah terbakar apalagi kalau ditambah dibakar. Jadi itu sebabnya kebakaran itu ada," tutur Alumnus Leiden University ini.
Dalam keadaan ekosistem gambut tidak rusak, lanjut Myrna, pemerintah dapat dengan mudah mengurangi terjadinya kebakaran. Namun jika kondisinya rusak parah maka dibutuhkan waktu yang panjang dan ekstra untuk memulihkan Kembali lahan gambut tersebut.
Sebagai catatan, pengelolaan ekosistem gambut oleh BRG bertujuan untuk mencapai multi- manfaat, baik itu manfaat ekonomi, sosial, maupun manfaat ekologi. Mengacu pada tujuan itu, rumusan program yang menjadi tanggung jawab BRG adalah Program Fasilitasi dan Koordinasi Restorasi Gambut di tujuh provinsi.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan program adalah percepatan pemulihan ekosistem gambut di tujuh provinsi. Itu semua dilakukan untuk memberikan pemanfaatan yang berkelanjutan bagi kepentingan ekonomi, sosial dan ekologi.
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Daftar Barang dan Jasa yang Kena dan Tidak Kena PPN 12%
2
Kronologi Santri di Bantaeng Meninggal dengan Leher Tergantung, Polisi Temukan Tanda-Tanda Kekerasan
3
Bahtsul Masail Kubra Internasional, Eratkan PCINU dengan Darul Ifta’ Mesir untuk Ijtihad Bersama
4
Bisakah Tetap Mencoblos di Pilkada 2024 meski Tak Dapat Undangan?
5
Fikih Perempuan: Keadilan dan Kesetaraan dalam Islam
6
Pencak Silat Pagar Nusa Jadi Mata Kuliah Ko-Kurikuler di Universitas Islam Makassar
Terkini
Lihat Semua