Nasional JELANG MUKTAMAR KE-33 NU

Ahlul Halli Wal Aqdi Turunan dari Pasal Musyawarah Mufakat

Rabu, 15 April 2015 | 06:00 WIB

Mataram, NU Online
Penerapan Ahlul Halli Wal Aqdi yang kini sedang di godok NU berdasarkan hasil Pra Muktamar yang telah diselenggarakan pada tanggal 9-10 April lalu di Ponpes NU Al-Mansuriah Bonder Praya Barat Lombok Tengah ditanggapi positif oleh Ketua PCNU Kota Mataram Ust Fairuz Zabadi, SH ketika ditemui NU Online di kediamannya Jl Raya Pagutan Kota Mataram.<>


Menurutnya, Ahlul Halli Wal Aqdi telah ia suarakan pada Konferwil PWNU NTB tahun 2011 lalu ketika terpilihnya Drs TGH Acmad Taqiuddin Mansur (Ketua PWNU NTB sekarang) di Ponpes NU Darunnajah Kecamatan Lingsar Lombok Barat.

“Hanya saja istilahnya yang berbeda, dan AHWA bukanlah hal baru tapi itu adalah turunan dari istilah Musyawarah Mufakat yang ada di AD/ART NU, itulah spiritnya awalnya AHWA,” katanya. 


Saat itu ia memasang spanduk dibeberapa sudut jalan dan juga di arena Konferwil dengan tulisan “bermusyawarahlah” dengan tujuan untuk mengajak kepada para muktamirin baik cabang maupun wilayah agar mengedepankan Musyawarah.

Lebih lanjut kata fairuz, saat itu telah berjalan ketika memilih Syuriyah walaupun pada akhirnya belum bisa mengahsilkan Syuryiah dengan cara Musyawarah. “Artinya pemilihan langsung alternatif terakhir pada saat itu,” kenangnya.

Meskipun demikian, imbuhnya, upaya itu telah di coba hanya saja tidak dapat berjalan sesuai dengan harapan karena belum ada juklak maupun juknis tentang muysawarah. “Yang ada kan hanya tentang pemilihan langsung saja di Tatib persidangan. Karena itu, juklat/juknis tentang Musyawarah perlu dirumuskan,” pintanya.

Ahlul Halli Wal Aqdi menurutnya, lahir untuk menghindari kekhawatiran pada ulama dan agar mendapatkan hasil yang baik dengan cara yang baik. “Tapi, yang terpilih menjadi tim AHWA nanti adalah calon-calon Rais Aam, agar 9 orang AHWA bermusyawarah memilih satu di antara mereka untuk menjadi Rais Aam,” sarannya.

Kalau AHWA boleh memilih dari luar itu, maka AHWA sama artinya dengan panitia seleksi (Pansel). “Untuk apa menyeleksi ulama? Mereka sudah jelas orang baik. Oleh karena itu, AHWA yang dipilih harus calon-calon Rais Aam,” ulangnya. (Hadi/Fathoni)