Ahmad Rozali
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho mengatakan, jika melihat laporan Kominfo, hoaks tentang Corona yang disebar melalui media sosial memiliki jenis yang beraneka ragam.
Misalnya mulai dari hoaks tentang tes PCR yang tidak bisa membedakan mana orang yang terpapar dan terinveksi. Informasi yang beredar di facebook ini telah dibantah oleh Sekjend Akademisi Muda Indonesia Berry Juliandi yang menyampaikan bahwa tes PCR bisa membedakan keduanya.
Hoaks lain yang dicontohkan adalah adanya seorang pekerja Transmart Palembang yang positif Corona sehingga menyebabkan gerainya ditutup selama 10 hari. Hoaks ini menyebar di grup-grup WA dan telah mendapat bantahan dari corporate communication PT Trans Retail Indonesia.
Menurut Septiaji beberapa waktu lalu, jika merujuk pada situs Mafindo, misinformasi (kesalahan informasi) dapat diklasifikasi dalam tujuh bagian yakni:
Pertama: Satire atau parodi. Ini adalah konten yang biasanya tidak memiliki potensi atau kandungan niat jahat, namun bisa mengecoh.
Kedua, misleading content atau konten menyesatkan. Misleading terjadi akibat sebuah konten dibentuk dengan nuansa pelintiran untuk menjelekkan seseorang maupun kelompok. Konten jenis ini dibuat secara sengaja dan diharap mampu menggiring opini sesuai dengan kehendak pembuat informasi.
Ketiga, imposter content atau konten tiruan. Imposter content terjadi jika sebuah informasi mencatut pernyataan tokoh terkenal dan berpengaruh. Tidak cuma perorangan, konten palsu ini juga bisa berbentuk konten tiruan dengan cara mendompleng ketenaran suatu pihak atau lembaga.
Keempat, fabricated content atau konten palsu. Fabricated content terbilang menjadi jenis konten palsu yang paling berbahaya. Konten ini dibentuk dengan kandungan 100% tidak bisa dipertanggung-jawabkan secara fakta. Biasanya, fabricated content berupa informasi lowongan kerja palsu dan lain-lain.
Kelima, false connection atau koneksi yang salah. Ciri paling gamblang dalam mengamati konten jenis ini adalah ditemukannya judul yang berbeda dengan isi berita. Konten jenis ini biasanya diunggah demi memperoleh keuntungan berupa profit atau publikasi berlebih dari konten sensasional.
Keenam, false context atau konteks keliru. False context adalah sebuah konten yang disajikan dengan narasi dan konteks yang salah. Biasanya, false context memuat pernyataan, foto, atau video peristiwa yang pernah terjadi pada suatu tempat, namun secara konteks yang ditulis tidak sesuai dengan fakta yang ada.
Ketujuh, manipulated content atau konten manipulasi. Jenis ini biasanya berisi hasil edit dari informasi yang pernah diterbitkan media-media besar dan kredibel. Gampangnya, konten jenis ini dibentuk dengan cara mengedit konten yang sudah ada dengan tujuan untuk mengecoh publik.
Pewarta: Ahmad Rozali
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua