Jakarta, NU Online
Di bidang pendidikan, berpikir kritis sangat perlu ditingkatkan. Dengan berpikir kritis kita bisa memilah mana yang benar, mana pula yang salah. Mana yang penting, mana pula yang mubazir. Intinya, berpikir bebas di kalangan anak didik perlu ditingkatkan.
Hal tersebut mengemuka dalam Diskusi Kelompok Terpumpun (Focus Group Discussion) bertema ‘Penguatan Metode Berpikir Kritis di Bidang Pendidikan sebagai Upaya Mendukung Pencegahan Ekstrimisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme’.
Diskusi yang diinisiasi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kemenag ini dihelat di Hotel Arya Duta Jakarta, Senin (25/11).
Diskusi yang terbagi dalam delapan sesi tersebut berlangsung seru dan gayeng. Pada sesi keempat, diskusi terfokus pada persoalan berpikir kritis dan ‘produksi’ guru menghadirkan tiga narasumber, yakni Akh Muzakki (Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya), Abdur Rozaki (CISFORM UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), dan Uwais (Kemdikbud).
Dalam paparannya Prof Akh Muzakki mengatakan, kritis dalam sains, kritis dalam pelajaran, ternyata tidak menjamin kritis kebangsaan.
“Jadi, nalar kritis siswa tidak berbanding lurus dengan kritis dalam soal nasionalisme. Tempo hari kita dengan profesor yang marah-marah kepada polisi sambil menyebutnya taghut. Ini profesor lho,” katanya.
Menanggapi lontaran Prof Muzakki, Bhiksu Nyanabandhu Shakya mengatakan nalar kritis siswa terkait nilai-nilai kebangsaan memang cukup rapuh. Jika ditelisik, ada beberapa kesalahan yang terjadi, antara lain dihapuskannya mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP).
“Padahal PMP bukan sekadar ideologi bangsa. Namun, ia merupakan moral dan etika bangsa,” jelas Bhiksu Vihara Jakarta ini.
Dalam sesi 3 dan 4 diskusi tersebut, hadir Guru Besar STF Driyarkara Jakarta Prof Frans Magnis Suseno (Romo Magnis), Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya Prof Akh Muzakki, Abdur Rozaki dari CISFORM UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan Uwais dari Kemdikbud. Moderator sesi ini adalah Mahrus El-Mawa.
Sementara untuk sesi kelima yang dimoderatori Anis Masykhur menghadirkan tiga narasumber, yakni Bahrudin (Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah Salatiga), Bhiksu Nyanabandhu Shakya (Vihara Jakarta), dan Ahmad Hidayatullah (eks Kepala MAN Insan Cendekia Serpong).
Acara yang dibuka resmi Dirjen Pendis Kamaruddin Amin ini terselenggara berkat kerja sama dengan United Nations Development Programme (UNDP) atau Badan Program Pembangunan PBB. Kegiatan fullday ini dijadwalkan dua hari, Senin-Selasa, 25-26 November 2019.
Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Ibnu Nawawi