Jakarta, NU Online
Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai ragam jenis budaya. Berbagai suku yang hidup di seluruh penjuru Indonesia memiliki berbagai jenis tradisi yang akhirnya menyatu menjadi Indonesia. Sayangnya, banyak generasi muda Indonesia yang lebih bangga jika mengikuti budaya asing yang dianggap lebih keren.
Pengalaman sebaliknya justru dialami oleh Mahasiswa UNU Indonesia Agnes Annisa Utami saat mengikuti The 17th ASEAN Korean Future Oriented Youth Program di Korea Selatan awal Februari lalu. Kebetulan sekali, tema yang diambil dalam pertemuan tersebut adalah Pertukaran Budaya. Ternyata banyak pemuda ASEAN mengenal dan menyukai budaya dan produk dari Indonesia.
Selama tujuh hari di Korsel, peserta dari 17 negara saling memperkenalkan budaya dari negaranya masing-masing. Di situ, banyak diketahui bahwa budaya Indonesia ternyata cukup dikenal. Pada sesi festival booth, dua pemuda Korea menampilkan pertunjukan wayang yang dimainkan dalam bahasa Inggris. Mereka mengenakan blangkon dan mengenakan batik yang sudah tersedia di booth Indonesia. Mereka juga mengetahui salah satu alat musik tradisional asal Indonesia yaitu angklung.
“Mereka mengakui secara gamblang bahwa ada beberapa hal yang mereka sukai di Indonesia yaitu, cuaca yang beda, banyak kuliner, dan rempah-rempah karena memang mereka kesulitan untuk mendapatkan itu semua di Korea,” katanya.
Tidak hanya delegasi Korea saja, bahkan delegasi Vietnam juga mengakui menyukai kota Bandung karena pernah berada di sana selama beberapa minggu.
“Delegasi Brunei Darussalam menyukai Agnes Monica dan Inul Daratista, bahkan menyanyikan salah satu lagu dari kedua penyanyi tersebut di hadapan kami,” jelasnya.
Pengakuan yang sama disampaikan oleh salah satu pemuda Singapura yang pernah mengunjungi Jakarta. Ia mengakui menyukai makanan Indonesia yaitu ayam penyet, sate padang, dan nasi goreng.
Dalam salah satu sesi pertemuan di malam hari, delegasi dari Malaysia membawa Pop Mie dan menawarkan ke delegasi-delegasi lainnya tanpa ada tolakan, dan mengakui bahwa produk yang ia tawarkan tersebut adalah produk Indonesia.
Pada sesi fashion show Agnes membawakan tarian Betawi sedangkan Andi Hakim yang merupakan mahasiswa pascasarjana di IPB memainkan pencak silat.
“Kami juga membawakan dodol dengan rasa coklat yang dibagikan ke anak-anak Korea pada sesi kindergarden disambut dengan rasa senang oleh mereka,” ujarnya.
Sementara itu, Rida Fauzi Qinvi alumni UIN Ciputat di hadapan 11 negara membuat dan menghias kalender besar dilengkapi dengan libur nasional Indonesia beserta keterangannya yang dipresentasikan Tidak lupa pada saat acara festival booth sejumlah cinderamata dibagikan seperti angklung, baju bertuliskan I LOVE INDONESIA, dan JAKARTA, membawa scrab books Pulau Seribu untuk diberikan ke salah satu perwakilan di setiap negara.
Delegasi Indonesia juga menunjukkan kemampuanya karena mampu mengalahkan lebih dari 60 peserta pada kuis pertanyaan seputar negara negara ASEAN, Yaitu Andi Hakim dan Aprilian Cena dari UIN Jakarta.
Persaingan budaya terjadi antara Indonesia dan Malaysia. Dalam kesempatan tersebut, delegasi Malaysia menyanyikan lagi Rasa Sayange, yang diklaim sebagai salah satu budaya mereka. Mereka juga menggunakan batik yang seolah-olah identitas negara mereka, padahal UNESCO telah menetapkan bahwa batik merupakan warisan tak berwujud dari Indonesia.
“Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi untuk mendominasi budaya di ASEAN dari Segi geografis, luas wilayah Indonesia yang hampir setengah dari wilayah ASEAN, penduduk yang lebih dari 200 juta orang atau sekidar 60 persen penduduk ASEAN,” kata Agnes.
Dengan berbagai macam bahasa, suku, dan adat, menurut Agnes, Indonesia harus mempertahankan budaya Indonesia dan mengenalkannya ke ranah internasional. Korea Selatan dengan hallyu atau korean wave mampu menyebarluarkan budaya ke seluruh dunia dan mendapatkan manfaat ekonomi yang besar berupa semakin dikenalnya produk-produk Korea, dari elektronik, film, kosmetik sampai dengan peningkatan kunjungan wisata ke Korea. Red: Mukafi Niam