Jakarta, NU Online
Ilmu tidak cukup dipelajari dengan ketekunan, melainkan juga upaya agar ilmu tersebut mudah masuk dan diterima secara lahir maupun batin. Di antara usaha batin yang dapat dilakukan manusia ialah mendekatkan diri kepada Allah dan senantiasa menyucikan hati.
Demikian di antara cara terbaik yang dimaksud oleh Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat KH M. Luqman Hakim. Kiai Luqman juga menerangkan, kelapangan dada dalam menuntut ilmu juga mempunyai peran penting.
Ia mengutip dawuh Imam Syafi’i yang mengatakan bahwa ilmu itu di dalam dada, bukan di tulisan kertas. “Menurut Imam Syafi’i Ilmu itu di dalam dada bukan di tulisan kertas,” tegas Kiai Luqman dikutip NU Online, Ahad (29/4) lewat akun twitter pribadinya @KHMLuqman.
Penulis buku Filosofi Dzikir ini mengungkapkan, berupaya menyucikan hati dan melapangkan dada merupakan usaha yang dilakukan Nabi Musa melalui doanya.
“Nah, di zaman Nabi Musa as doanya, Ya Tuhan lapangkan dadaku," tutur Kiai Luqman.
Namun, lain di zaman Nabi Muhammad SAW yang merupakan era kesempurnaan dada, Allah SWT berkali-kali mengingatkan dalam Firman-Nya bahwa manusia telah dilapangkan dadanya.
“Tapi di era kesempurnaan dada (zaman Nabi Muhammad SAW) bunyinya, Bukankah telah Kami lapangkan dadamu?” ucap Pakar Tasawuf ini.
Maka dari itu menurut Kiai Luqman, manusia hendaknya kembali kepada sang pemilik Al-‘Ilmu. “Kembalilah pada pemilik sifat Al-'Ilmu,” tandasnya. (Fathoni)