Serang, NU Online
Jenis musik marawis banyak disukai remaja masa kini, terutama mereka yang belajar di pondok pesantren. Alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul itu kerap menghiasi pondok pesantren dari Sabang sampai Merauke. Marawis juga digunakan untuk menampilkan hiburan seni islam dengan melantunkan shalawat sebagai bentuk kecintaan santri kepada Nabi Muhammad Saw.
Pondok Pesantren Turus di Pandeglang misalnya, pesantren yang memiliki ratusan santri ini telah melahirkan pemain marawis andal seperti Makki Alaudin. Pria itu kini menjadi pengajar di pesantren yang diasuh KH Tb Ahmad Dahlani tersebut.
Pondok Pesantren Turus sendiri merupakan pondok pesantren yang memadukan sistem salafi dan modern. Artinya, meski menggunakan kurikulum modern, metodologi ajaran salafi tetap digunakan. Sistem itu pula yang menjadi pembeda Pesantren Turus dengan pesantren lainnya yang ada di Indonesia.
Atas kerja keras alumni yang hobi dengan musik marawis, kini marawis menjadi ekstra kurikuler favorit yang telah menyumbangkan banyak piala untuk pesantren. Para personil marawis Pesantren Turus kerap menjadi buah bibir lantaran sering ke luar kota untuk berlomba.
Pondok Pesantren Turus yang banyak dikenal masyarakat Indonesia, merupakan salah satu pesantren terbaik di Banten. Dikenalnya Pesantren Turus oleh jutaan warga salah satunya karena pesantren itu tidak pernah absen mengikuti kegiatan perlombaan. Seperti pada ajang SantriFest 2019 yang tengah dilangsungkan di Kota Serang Banten.
Tim marawis yang menjadi kebanggan Pesantren Turus adalah 'Lembah Sinay'. Grup inilah yang membawa Turus menjadi pesantren unggul dengan berbagai prestasinya. Lembah Sinay sendiri berasal dari dua kata yakni 'lembah' yang berarti daerah di bawah kaki gunung dan Sinay yang berarti gunung Sinay di Pandeglang, Banten.
Konon nama itu digunakan untuk menunjukan bahwa ada pesantren yang melahirkan banyak orang hebat di anak Kaki Gunung Lembah Sinay-Pandenglang.
Seorang personel marawis 'Lembah Sinay' Tasya, remaja kelas XI SMA mengaku bahagia bisa belajar banyak di Pesantren Turus terutama ekskul Marawis. Ia menuturkan, sejak kecil ia memang hobi dengan shalawat, bahkan jika sedang sendiri yang bisa dia lakukan hanya bershalawat.
"Shalawat itu ya mengagungkan Nabi, berdoa, tawakal, jaga hati. Shalawat juga memiliki pesan agar jangan sombong," ujar gadis murah senyum ini.
Ia mengatakan, selama menjadi santri di Pesantren Turus telah mengikuti berbagai lomba marawis dari Sabang sampai Merauke. Bahkan, beberapa kali mendapatkan juara, meski tidak selalu juara umum.
"Ya seneng lah tentunya," kata Tasya yang memiliki gaya kalem ini.
Ia menjelaskan, hampir dalam sebulan jadwal untuk tampil padat. Terutama tampil untuk acara pernikahan. Sementara untuk wilayah yang pernah dikelilingi Marawis Lembah Sinay antara lain Sumatera Selatan, Jawa Barat, DKI Jakarta. Wilayah Banten hampir setiap minggu dikelilingi.
"Gaya bermusik kami disesuaikan dengan perkembangan musik shalawat. Alhamdulillah kami tidak merasa kesulitan semuanya lancar karena seminggu sekali selalu dilatih," kata pemukul alat musik rooling sekaligus vokalis Lembah Sinay ini.
Personel Lembah Sinay, ujar dia, sebanyak 12 santriawati dengan di dominasi siswi kelas X SMA Turus atau santriawati dengan usia 16 tahun.
Ia berharap terus bisa bershalawat agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik terutama agar dapat bermanfaat untuk almamaternya yakni Pondok Pesantren Turus di Pandeglang. (Abdul Rahman Ahdori/Kendi Setiawan)