Jombang, NU Online
Teknologi digital tak selalu dimanfaatkan untuk hal-hal positif. Beragam macam sosial media (sosmed) sebagai salah satu produk perkembangan teknologi digital, justru dijadikan kesempatan untuk menyebarkan informasi palsu atau hoaks.
Demikian disampaikan staf ahli Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Hendri pada diskusi terbatas di Musyawarah Nasional (Munas) 2 Alumni Pondok Pesantren Al Falah Ploso di halaman Pondok Pesantren Mambaul Maarif Denanyar Jombang, Sabtu Sabtu (3/3) malam.
"Tapi sayangnya orang-orang yang sudah mulai masuk di dunia digital sosial media (sosmed) kadang dengan hal-hal yang negatif. Seperti halnya penyebaran berita bohong atau hoaks," ujarnya.
Setidaknya ada beberapa ciri serta tujuan kelompok penyebar hoaks. Pertama, ada kecenderungan suatu kelompok tidak suka dengan kelompok yang lainnya. Dalam hal ini, biasanya dibuat konten-konten berita atau informasi yang dapat membuat kelompok tersebut cemas dan takut.
"Ciri informasi hoaks disebar, pertama, mereka (kelompok tertentu) membuat masyarakat cemas," kata dia.
Ia menambahkan, mereka juga akan berupaya untuk menciptakan situasi yang gaduh di lingkungan masyarakat dengan penyebaran informasi yang tidak sesuai fakta itu. Diciptakannya situasi tersebut agar muncul benih-benih permusuhan di internal kelompok lawan mereka.Â
"Mereka berupaya agar tercipta permusuhan," lanjut Hendri.
Namun demikian, kelompok penyebar informasi hoaks, bisa dengan mudah dideteksi dengan perilaku mereka dalam mengidolakan tokoh-tokohnya. Mayoritas dari mereka, cenderung sangat fanatik dalam mengidolakan sejumlah tokohnya.
"Biasanya mereka memuja-muja tokoh-tokoh tertentu sampai seakan akan kayak nabi," jelas dia.
Lain daripada itu, ia menyayangkan penyebaran informasi hoaks masih terus dilakukan oleh kelompok yang mayoritas diketahui beragama Islam. Hal ini hanya menciptakan anggapan yang sangat negatif di luar umat non Islam. "Nah itu yang terjadi hari ini," ungkapnya. (Syamsul Arifin/Abdullah Alawi)