Jakarta, NU Online
Masyarakat mengaitkan tindak kejahatan luar biasa (extraordinary crime) terorisme dengan persoalan agama. Hal ini berangkat dari pemahaman para jihadis ekstrem tersebut yang menganggap bahwa aksinya merupakan jihad dan panggilan agama.
Dari sisi mana pun, para ahli agama sepakat bahwa tindakan terorisme bukan berasal dari ajaran agama, apalagi perintah agama. Sebab, agama mana pun tidak ada yang mengajarkan kepada umatnya untuk membunuh diri dan membunuh orang lain.
Terkait hal ini, Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat KH M. Luqman Hakim menyoroti aksi terorisme yang kerap memakan banyak korban jiwa dari sisi tasawuf.
Dalam pandangan Direktur Sufi Center Jakarta itu, aksi keji para jihadis ekstrem atau teroris tidak lain hanya karena dorongan nafsu dan syahwat yang terbungkus agama.
“Terorisme dan penghancuran bumi lahir dari kolaborasi, pertama, syahwatisme dan hewanisme; kedua, sabu'iyah (sadisme); ketiga, syaithoniyah (nafsu setan); keempat, rabbaniyah (merasa setara Tuhan),” ujar Kiai Luqman dikutip NU Online, Rabu (16/5) lewat akun twitter pribadinya @KHMLuqman.
Menurut penulis buku Psikologi Sufi ini, empat karakter itu sama sekali tidak menjadikan manusia sebagai hamba Allah. Artinya, jika seseorang atau kelompok tetap melakukan tindakan kejahatan terorisme, maka mereka hanya menghamba pada empat karakter tersebut.
“Mereka tidak pernah merasa jadi hamba Allah Ta'ala,” tegas Kiai Luqman. (Fathoni)