Gus Baha: Orang Alim Harus Berani Perlihatkan Kealimannya
Selasa, 28 September 2021 | 16:00 WIB
M. Zidni Nafi'
Kontributor
Jakarta, NU Online
KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) pada acara peringatan haul ke-83 KH Sholeh Amin, pada Agustus lalu, di Tayu, Pati, Jawa Tengah, pernah berpesan kepada para santri dan orang-orang alim agar berani memperlihatkan kealimannya (keilmuannya) kepada masyarakat.
“Saya bolak-balik bicara, kalau ada orang mengaku alim, dikira sombong. Padahal dokter spesialis gigi tidak sombong, spesialis jantung tidak sombong. Padahal tanpa ditulis kan tidak tahu,” terang Gus Baha dalam pengajian daring dilihat NU Online, Senin (27/9/2021).
Pengasuh Pesantren Tahfidz Qur’an LP3IA, Narukan, Rembang ini melihat, masyarakat tidak ada yang bertanya ke alumni pesantren. Sebab, sering pergi dan di rumahnya tidak ditulis keahlian ilmunya. Seharusnya para santri berani menuliskan ‘ahli fikih medium’, ‘ahli Taqrib medium’, ‘ada masalah fikih, hubungi kami’.
“Jadi jelas. Ini orang mau mencari dokter kandungan, gampang. Cari bar, gampang. Cari club, gampang. Ini mau cari ahli fikih susah karena tidak ditulis. Makanya, harus diumumkan,” tegas Gus Baha.
Abul Hasan Asy-Syadzili, lanjut Gus Baha, pernah berfatwa ketika ditanya tentang hukum amal sirri (rahasia). Lalu, dijawab tidak ada. Sebab, sekarang zamannya amal terkenal lebih baik dibanding amal yang dirahasiakan.
“Dulu orang zina malu, orang maksiat malu. Sekarang maksiatnya terlihat, amal shaleh dirahasiakan. Akhirnya, dunia nampak penuh maksiat,” keluhnya.
“Coba kalau alumni pondok mengumumkan: saya hafidh Qur'an. Saya hafidh 2 juz kalau setoran juz Amma saya bisa. Saya ngaji taqrib, khatam 2 kali. Saya pernah ngaji Fathul Wahab. Sehingga orang nanti akan tahu, orang pun bisa konsultasi,” tambah Gus Baha.
Rais Syuriyah PBNU ini menilai bahwa mengaku alim adalah sesuatu yang diperbolehkan. “Tidak niat sombong. Tapi, mempermudah orang yang ingin mengambil manfaat,” tutur ulama kelahiran 29 September 1970 ini.
“Lha ini nggak ada yang menulis (keahlian). Gayanya ikhfa' (samar) semua, kayak tawadhu', padahal tidak bisa beneran hehehe,” sindir Gus Baha sembari tertawa.
Gus Baha mengajak untuk berpikir tentang perkataan Allah dalam sebuah hadis:
كُنْتُ كَنْزًا مَخْفِيًا فَأَحْبَبْتُ أَنْ أُعْرَفَ فَخَلَقْتُ الْخَلْقَ فَبِي عَرَفُوْنِي
Gus Baha mengartikan, Allah tanpa makhluk tetap Tuhan. Akan tetapi, kelihatannya tidak ada yang kenal. Akhirnya Allah menciptakan makhluk supaya tahu bahwa dia itu Tuhan.
“Saya itu senang terkenal alim, bukan karena niat sombong. Yang suka biar meniru alimnya, yang tidak suka biar hasud,” ungkap kiai yang sering terlihat mengenakan baju putih dan peci hitam itu.
“Saya minta, sekarang zamannya cara pandang berubah. Kamu harus memperlihatkan taatmu, karena mereka sudah memperlihatkan kemaksiatan mereka,” pinta Gus Baha.
Gus Baha menyebut, di antara target agama adalah harus muncul. Makanya orang yang memperlihatkan alimnya itu ada juga pembenarannya. Orang alim harus memperlihatkan kalau dia seorang alim.
“Kalau ada orang mau ngaji, terus tidak yang mengaku alim. Kalau semua orang alim begitu, terus orang mau ngaji sama siapa?” tanya Gus Baha mengajak berpikir para santri dan kiai yang hadir pada acara haul tersebut.
Kontributor: M. Zidni Nafi’
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua