Surabaya, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang KH Ahmad Mustofa Bisri mengatakan, orang beragama dengan semangat berlebihan, tapi tanpa mengaji itu menjadi masalah. Jadi apa pun harus ngaji.
Kiai yang akrab disapa Gus Mus itu mengutip sebuah hadits, siapa yang menginginkan dunia, maka harus ngaji. Bila ingin akhirat, maka harus ngaji. Siapa ingin keduanya, juga harus ngaji .
“Semangat berlebihan dalam agama tanpa diimbangi pemahaman mendalam terhadap agama akan jadi masalah,” ujarnya saat tampil menjadi narasumber Mengaji Indonesia di UIN Surabaya, Senin (5/3) malam.
Ia katakan, di atas langit ada langit, di atas orang pintar ada yang lebih pintar. Mengaji itu dari lahir hingga liang lahat. Boleh berhenti sekolah, tapi tidak boleh berhenti belajar.
Pemerintah Harus Tegas
Lebih lanjut Gus Mus menyampaikan, kita itu dari berbagai manusia yang mempunyai kedudukan sendiri-sendiri. Permasalahasan-permasalahan tentang menjaga keindonesiaan segala macam, menjaganya juga berbeda-beda
“Ada persoalan-persoalan di masyarakat kita, dan paling saya hanya mampu ngomong atau menulis. Pemerintah itu berbeda atau lain dengan saya. Kalau saya mengimbau, itu pantas, tapi kalau pemerintah itu mengimbau itu kurang pantas. (Pemerintah) bisa melaksanakan, mempunyai wewenang,” ucap Gus Mus sebagaimana diberitakan Kemenag.go.id.
“(Menangani ) persoalan-persoalan ini pemerintah harus di depan karena yang mempunyai tanggung jawab melayani umat ini hanya pemerintah. Jadi soal halal haram, diskriminasi dan lainnya, kalau sekadar Pak Rektor, apalagi saya, itu tidak bisa,” lanjut Gus Mus.
Menurut Gus Mus, pemerintah harus tegas. Karena ini negara hukum, maka harus taat hukum, siapa pun harus taat hukum.
“Jadi, harus ada yang langsung melakukan eksekusi karena memiliki wewenang. Ada yang mengimbau, dan semuanya bareng-bareng mendandani rumah kita,” kata Gus Mus.
Dengan demikian, lanjut Gus Mus, kita saling mendukung untuk kepentingan Indonesia ini, dalam rumah ini tentu saja berbeda-beda. Isinya macam-macam. Intinya sudah diajarkan agama, yaitu dengan rahmatan atau kasih sayang.
“Asal kita mendahulukan kasih sayang, kita tidak hanya akan masuk surga, tapi kita sudah di surga itu sendiri,” ujar Gus Mus. (Red: Abdullah Alawi)