Rembang, NU Online
Saat ini dunia sains dan teknologi semakin maju. Kemajuan sains dan teknologi menjadi tantangan umat Islam termasuk para santri. Faktanya, sumbangsih dunia Islam dalam peradaban dunia begitu nyata, yang sayangnya saat ini lebih banyak dikuasai peradaban Barat.
Dosen Senior Bidang Hukum Monash University, Nadirsyah Hosen mengatakan harus ada pendekatan dari kalangan umat Islam menyikapi persoalan sains dan teknologi tersebut. Tanggapan atau respons masyarakat terhadap sains dan teknologi juga menjadi pertimbangan agar umat Islam mampu kembali menciptakan teknologi dan sains.
Pada acara halal bi halal dengan keluarga TBS Kudus, Jawa Tengah yang diadakan secara daring, Senin (8/6), Gus Nadir sapaan akrabnya, menjelaskan ada tiga respons atau pendekatan masyarakat terhadap sains. Pertama, menganggap tidak ada sains. Menurutnya hal tersebut merupakan konspirasi orang-orang Barat untuk melawan agama Islam.
Pendekatan sains yang kedua dengan upaya Islamisasi yang merupakan penyamaan hasil penelitian orang Barat dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits. Menurut Gus Nadir pendekatan tersebut bertolak belakang dengan pendekatan pertama karena Al-Qur’an dan hadits lebih dulu menyingkap rahasia sains sebelum orang-orang Barat berhasil membuktikannya.
Ia pun menjelaskan penilitian sains terus berkembang mengikuti perubahan zaman. Hal tersebut menjadi salah satu ciri sains yang bisa berubah-ubah. "Kalau hasil penelitian sains sekarang berbeda dengan penelitian 50 tahun ke depan sikap kita harus seperti apa, ini salah satu persolan kita," kata Gus Nadir.
Gus Nadir yang juga Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia dan New Zealand mengatakan bahwa pendekatan sains yang ketiga dengan cara menjadikan sains sebagai spirit Al-Qur’an dan hadits dalam mengembangkan penelitian. Terlebih Islam mendorong penelitian sains untuk peradaban manusia lebih maju.
"Inilah pendekatan ulama kita yang bekerjasama dengan pakar sains," bebernya.
Ia berharap dengan adanya isyarat-isyarat Al-Qur’an dan hadits dapat memacu penelitian dari kalangan umat Islam sendiri. Hal itu selanjutnya menjadikan rasa percaya diri untuk mampu mengislamisasikan sains tersebut.
"Jangan merasa minder kepada orang Barat dulu. Sebenarnya kita mampu untuk mengislamisasikan sains namun masih menjadi debatable. Maka contohlah mereka para pakar sians Islam seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, dan Ar-Razi," Gus Nadir memotivasi.
Acara bertemakan Meneguhkan Madrasah Salafiyyah Berbasis Sains Spiritual Al-Qur’an diadakan bersama Ikatan Siswa Abiturien (IKSAB) Madrasah Tasywiqul Salafiyyah (TBS) Kudus. Dihadiri secara virtual oleh Guru Besar UIN Walisongo Semarang Prof KH Ahmad Rofiq, Mustasyar PCNU Kabupaten Karanganyar KH Abdul Sa’ad, Dewan Guru Besar TBS Kudus KH Nur Khamim, Ketua Yayasan TBS Kudus KH M Ulil Albab Arwani.
Selain itu para masyayikh madrasah TBS Kudus seperti KH Mustofa Imron, KH Hasan Fauzi, KH Ahmad Arwan tergabung dalam acara tersebut.
Kontributor: Mochamd Ronji
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua