Gus Yahya Ungkap Kisah KH Sahal Mahfudh tentang Baiat yang Bukan Sekadar Formalitas
NU Online · Senin, 15 September 2025 | 14:00 WIB
Gus Yahya saat menyampaikan sambutan pada pelantikan PWNU Nusa Tenggara Barat (NTB) masa khidmah 2025–2030, Ahad (14/9/2025). (Foto: dok. istimewa/Efendi/IPNU NTB)
Haekal Attar
Penulis
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, menceritakan bahwa Rais Aam PBNU 1999-2014 KH MA Sahal Mahfudh semasa hidupnya, kerap menolak mengucapkan baiat secara lengkap ketika diminta membaiat para pengurus.
Bukan karena mengabaikan prosesi, kata Gus Yahya, tetapi karena welas asih dan rasa iba terhadap mereka yang akan memikul beban tanggung jawab yang besar. Hal itu disampaikannya saat pelantikan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Nusa Tenggara Barat (NTB) masa khidmah 2025-2030, Ahad (14/9/2025).
“Dulu, Kiai Sahal Mahfudh itu seorang 'alim 'alamah, tapi juga sangat welas asih. Setiap kali diminta membaiat, beliau hanya minta dibaca sampai radhītu billāhi rabba. Lalu beliau berkata, ‘sudah, cukup’, tidak diteruskan sampai bayaktukum,” katanya.
Ia menjelaskan, hal tersebut dilakukan karena Kiai Sahal memahami betul bahwa baiat bukan sekadar ucapan atau seremoni pelantikan. Di dalamnya terkandung tanggung jawab besar yang menyangkut dunia dan akhirat.
“Karena saking welas asih-nya, beliau tidak tega. Beliau tahu, beban baiat itu luar biasa berat,” ucapnya.
Gus Yahya pun menegaskan hal yang sama kepada para pengurus PWNU NTB yang baru saja dibaiat. Menurutnya, ikrar yang diucapkan dalam baiat mengandung konsekuensi besar yang ketaatan, kesetiaan dalam berjihad di jalan NU, dan komitmen untuk menegakkan kalimat Allah melalui manhaj Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja).
“Ini bukan main-main. Para pengurus tadi sudah berikrar, bayaktu ‘ala sam’i wa tha’ah, bil jihadi, ‘ala thariqatin Nahdlatil Ulama li i’lai kalimatillah allati hiyal ‘ulya bi qiyadati ‘ulama’i Ahlissunnah wal Jama’ah. Ini jihad. Berat sekali,” tegasnya.
Gus Yahya bahkan menyampaikan bahwa jabatan sebagai pengurus NU bisa jadi terasa menyenangkan di awal, seolah menjadi anugerah. Namun, saat tanggung jawab mulai dijalani, semuanya bisa terasa seperti beban berat yang harus dipikul.
“Awalnya merasa senang, tapi setelah bertemu dengan pekerjaan-pekerjaannya, rasanya seperti benar-benar mendapat musibah. Karena tugasnya begitu banyak dan besar,” ujar Gus Yahya.
Ia juga mengingatkan bahwa tanggung jawab pengurus tidak hanya akan dimintai laporan dalam forum resmi seperti Konferwil, tetapi juga akan diuji di akhirat.
“LPJ-nya Pak Masnun Tahir itu bukan hanya ditunggu lima tahun lagi, tapi nanti juga diuji di yaumil hisab. Ini berlaku juga untuk seluruh jajaran pengurus lainnya,” tegasnya.
Gus Yahya menyampaikan ucapan selamat kepada PWNU NTB atas pelantikannya. Namun, ia menambahkan bahwa ucapan selamat itu tidaklah cukup jika tidak dibarengi dengan kesadaran penuh atas beratnya amanah yang diemban.
“Maka sejak awal harus diingat, apa yang nanti akan dilaporkan di yaumil hisab sebagai pemegang jabatan di jajaran Pengurus Nahdlatul Ulama, khususnya PWNU NTB ini,” tandasnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
6
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
Terkini
Lihat Semua