Nasional

Guyon Gus Yahya, Topi Toganya Kekecilan padahal Sudah Diukur

Senin, 13 Februari 2023 | 16:00 WIB

Guyon Gus Yahya, Topi Toganya Kekecilan padahal Sudah Diukur

Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf saat menyampaikan pidato ilmiah dalam penganugerahan doktor honoris causa dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin (13/2/2023) di Auditorium Prof Dr HM Amin Abdullah. (Foto: Dok. LTN PBNU)

Yogyakarta, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil menerima anugerah gelar doktor kehormatan (honoris causa) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Senin (13/2/2023).


Saat menyampaikan pidato ilmiah, Gus Yahya melempar canda khas NU. Di akhir pidatonya, ia mengatakan topi toganya terasa kecil. Padahal, topi itu sudah diukur sebelumnya.


"Ini topinya mungkin kelihatan kekecilan. Sebetulnya sebelum dibikin sudah diukur-ukur dan kelihatan pas," kata Gus Yahya.


Namun, topinya terasa kecil. Barangkali hal tersebut karena rasa bangganya sehingga membuat kepalanya 'membesar'.


"Tapi sampai di sini saya pakai kekecilan. Mungkin karena setelah sampai di sini, saya tambah besar kepalanya," ujarnya yang langsung disambut gelak tawa hadirin.


"Topinya jadi terasa sesak," lanjut kiai kelahiran Rembang, Jawa Tengah 56 tahun yang lalu itu.


Gus Yahya mengaku bangga atas penganugerahan gelar doktor kehormatan yang diberikan kepadanya. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta atas hal tersebut. "Saya bangga. Saya berterima kasih atas penghargaan ini," katanya.


Dalam konferensi pers, Gus Yahya menyampaikan bahwa anugerah gelar doktor kehormatan diberikan UIN Sunan Kalijaga pada saat yang tepat. "Diberikan pada momentum yang sangat tepat," ujarnya.


Pertama, anugerah gelar doktor kehormatan ini menepati momentum ulang tahun 1 abad NU. Sebagaimana diketahui, NU baru saja memperingati harlahnya yang keseratus berdasarkan kalender Hijriah, 16 Rajab 1444 H, bertepatan pada Selasa (7/2/2023).


Kedua, anugerah gelar doktor kehormatan ini bertepatan dengan momentum ketika pada Forum Religion 20 (R20) yang dihelat pada awal November 2022.


Forum pemimpin agama di Bali dan Yogyakarta itu menyepakati untuk bersama-sama membangun gerakan global di antara agama-agama dalam rangka melepaskan agama sebagai masalah dan justru harus menjadi solusi dari permasalahan yang ada.


"Untuk membebaskan agama dari jebakan keadaan yang menjadikannya bagian dari masalah agar kemudian agama bisa sungguh-sungguh dihadirkan sebagai bagian dari solusi masalah," katanya.


Selain itu, Forum R20 juga menyepakati agar agama menjelma sebagai inspirasi dalam mewujudkan perdamaian di masa yang akan datang.


"Dan menjadi inspirasi serta tenaga pendorong untuk perdamaian harmoni dan masa depan yang lebih mulia bagi umat manusia," lanjut Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad