Hanya Jargon Politik, Ekonomi Kerakyatan Hakikatnya Berpihak pada Masyarakat Kecil
NU Online · Rabu, 8 Oktober 2025 | 11:00 WIB
Haekal Attar
Penulis
Jakarta, NU Online
Ekonom Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Muhammad Aras Prabowo menekankan pentingnya penerapan ekonomi yang adil dan berpihak pada pemberdayaan rakyat. Pandangan ia sampaikan menyangkut acara Investor Daily Summit 2025 dengan tema New Economic Order.
“Perekonomian kita masih menghadapi persoalan keberpihakan. Ekonomi kerakyatan sering kali hanya menjadi jargon politik, padahal hakikatnya adalah memastikan bahwa kebijakan ekonomi berpihak pada petani, nelayan, dan pelaku usaha kecil,” katanya kepada NU Online pada Rabu (8/10/2025).
Menurutnya, sumber daya agraria dan maritim yang seharusnya menjadi motor penggerak ekonomi nasional justru banyak diarahkan demi kepentingan pasar luar negeri. Ia menyoroti bahwa orientasi Indonesia masih bergantung pada ekspor bahan mentah, bukan memperkuat nilai tambah dalam negeri.
“Sumber daya maritim dan agraria yang seharusnya menjadi pengurus utama ekonomi nasional justru sering diarahkan untuk kepentingan pasar internasional. Ini menunjukkan bahwa orientasi ekonomi kita masih berbasis ekspor bahan mentah, bukan penguatan nilai tambah di dalam negeri,” jelasnya.
Aras juga memandang sektor pangan sebagai pusat strategi pembangunan kemandirian nasional. Ia mengungkapkan bahwa pangan global menuntut Indonesia memperkuat sistem produksi dan distribusi domestik.
"Ekonomi pangan seharusnya tidak diserahkan sepenuhnya pada mekanisme pasar, tetapi dikelola dengan prinsip kedaulatan dan keberlanjutan,” jelasnya.
“Impor yang tidak terkendali berpotensi menghancurkan produksi dalam negeri. Bea cukai harus menjadi garda depan dalam melindungi industri lokal, bukan sekadar pintu administrasi perdagangan,” Tambahnya.
Menurutnya, visi new economic order harus melampaui fokus pada efisiensi dan investasi asing saja, melainkan menempatkan kemandirian ekonomi yang berdasarkan nilai keadilan sosial dan keberlanjutan ekologis sebagai elemen utama.
Sementara itu, Ketua Program Studi Ekonomi Syariah FEB Unusia Asyiroh Fajriyah menyebut bahwa kegiatan seperti Summit ini penting bagi mahasiswa agar mampu memahami kebijakan ekonomi secara komprehensif.
“Investor Daily Summit menjadi ruang belajar yang menantang. Mahasiswa tidak hanya melihat bagaimana kebijakan ekonomi dibentuk, tetapi juga bagaimana nilai-nilai keadilan dan etika ekonomi Islam dapat memberi warna baru dalam sistem ekonomi nasional yang berkeadilan," katanya.
"Potensi ekonomi syariah sangat besar untuk menopang tatanan ekonomi baru yang lebih etis, transparan, dan inklusif. Sektor halal, keuangan syariah, serta koperasi berbasis nilai Islam dapat menjadi penggerak utama ekonomi rakyat di masa depan,” tambahnya.
Diketahui, Sebanyak 60 mahasiswa FEB Unusia mengikuti kegiatan Investor Daily Summit 2025 bertema New Economic Order di Assembly Hall, Jakarta International Convention Center (JCC), Jakarta pada Rabu hingga Kamis (8-9/10/2025).
Keterlibatan mahasiswa Unusia bukan yang pertama, melainkan bagian dari kolaborasi berkelanjutan FEB Unusia dan B-Universe dalam memperkuat literasi ekonomi strategis di kalangan akademisi muda.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua