Pidie Jaya, NU Online
Nahdlatul Ulama yang telah berumur hampir seabad (31 Januari 1926-31 Januari 2020) sebagai salah satu organisasi yang berperan dalam kemerdekaan RI. Dan kecintaan para punggawanya akan negeri ini terus memberikan sumbangsihnya kepada Republik Indonesia melalui tangan, pikiran, dan gagasan pembangunan khususnya Aceh dan Pidie Jaya (Pijay) lima tahun ke depan.
Demikian diungkapkan Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pijay masa khidmah 2020 hingga 2025, Tgk Rusydi Muhammad yang akrab disapa Abi Rusydi.
“Tentunya dengan kepengurusan baru NU Pijay dan semangat harlah ke-94 NU ini mari kita kuatkan barisan dan kokohkan niat untuk berbuat yang terbaik bagi bangsa khusus di Kabupaten Pijay dan Aceh umumnya,” kata Abi Rusydi kepada NU Online dalam peringatan harlah ke-94 NU, Jumat (31/1).
Sementara itu Tgk M Jafar selaku Katib PCNU Pijay berharap kepada seluruh Nahdliyin atau warga NU dan elemen masyarakat berkenan memberikan kritik serta dukungan.
“Agar kepengurusan NU di harlah ke-94 ini semakin membaik dan menggaung, serta membumikan NU di negeri tercinta,” katanya.
Disampaikannya, dalam sejarah disebutkan kekuatan negara Uni Soviet itu belum ada seratus tahun, tapi negaranya sudah bubar. Kemudian banyak perusahan yang kolaps juga dalam periode tersebut. Partai politik juga ada yang bubar belum seratus tahun, bahkan agama saja dalam sejarah ada yang bubar, apalagi sekelas ormas sudah banyak yang bubar.
“Karenanya, di tengah umur NU jelang satu abad masih berdiri kokoh di Nusantara termasuk Aceh bahkan sudah tersebar di beberapa negara lain, kita sebagai warga NU khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya harus bersyukur,” ulas agamawan muda ini.
Sementara itu Ketua PCNU Pijay, Tgk Ikhwani Daudsyah mengingatkan agar warga NU dapat melewati momentum harlah ke-94 NU dengan baik. Utamanya usai pemilihan presiden harus menjadi pemersatu bangsa.
Khittah NU itu politik kebangsaan dan wasithah serta cinta kedamain. Hal tersebut sebagaimana ditunjukkan para ulama yang selalu menjadi peredam dan pengayom umat.
“Maka, sebetulnya tidak ada genetik bagi warga Aceh yang semuanya nahdiyin itu bersikap provokasi, menghujat apalagi suka menabar hoaks. Yang ada NU itu adem, santun dan moderat,” tegas kandidat doktor UIN Ar-Raniry Banda Aceh tersebut.
Selanjutnya, dirinya menyampaikan pentingnya memperbaharui komitmen kebangsaan warga NU di momentum harlah ke-94. Sebab dalam kancah perjalan agama Islam saat itu, NU lahir sebagai respons kekejaman Wahabi di Hijaz untuk menjaga ajaran Islam Aswaja yang moderat.
“Sedangkan secara politik NU lahir sebagai upaya untuk mempersiapkan kelahiran NKRI sebagai darussalam atau negara damai,” terangnya.
Tgk Zahri Abdullah selaku Sekretaris PCNU Pijay menambahkan sejarah telah menoreh tinta bahwa melalui Komite Hijaz pada waktu itu, punggawa NU dapat membendung Wahabi. Dan melalui resolusi jihad ulama nusantara termasuk KHM Hasyim Asy’ari baik NU dan umat Islam lainnya dapat menjemput kemerdekaan Indonesia.
“Semoga kita semua mendapat barakah dan kearifan yang pernah dianugerahkan Allah kepada para muassis Nahdlatul Ulama. Alfatihah untuk para ulama nusantara termasuk Aceh di harlah yang ke-94 ini. Jayalah NU, jayalah NKRI, bangkitlah NU milenial dan generasi muda NU menjemput ridha ilahi dalam mahbbah-Nya,” pungkasnya.
Kontributor: Helmi
Editor: Ibnu Nawawi