Nasional JELANG MUKTAMAR KE-33 NU

Ini Kronologi Munculnya Konsep Ahlul Halli Wal Aqdi di Tubuh NU

Jumat, 10 April 2015 | 12:01 WIB

Lombok Tengah, NU Online
Konsep Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) pertama kali dilontarkan oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur untuk dilaksanakan pada Konferensi Wilayah PWNU Jatim. Rupa-rupanya konsep tersebut masih belum dipersiapkan secara matang. Sehingga Konferwil pun belum dapat melaksanakannya.<>

Demikian prolog yang disampaikan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj saat didaulat membuka diskusi pra-muktamar bertema “Penguatan NU melalui Sistem AHWA” yang digelar di ruang perpustakaan Pesantren Al-Mansyuriah, Lombok Tengah, Kamis (9/4) kemarin.

Ide tersebut, lanjut Kiai Said, lalu dibawa ke forum rapat pleno PBNU di Wonosobo, Jawa Tengah. Kemudian, hasil rapat tersebut memutuskan agar konsep AHWA dimatangkan oleh Tim PBNU yang diketuai Rais Syuriah KH Masdar Farid Mas’udi.

“Anggotanya antara lain Kiai Ishomuddin, Ajengan Artani, dan lain-lain. Nah, hari ini tema tersebut diseminarkan para forum pra-muktamar agar bisa dipraktikkan di Muktamar Jombang nanti. Jadi, pada hari pertama muktamar nanti tema ini kita lontarkan agar dibahas pada pleno pertama,” ujar Kiai Said.

Menurut kiai asal Cirebon ini, ide AHWA sangat baik dan ideal demi menjaga martabat ulama dan kebesaran kiai sepuh. “Haibah beliau-beliau ini harus kita jaga. Siapa lagi kalau bukan kita yang menjaga wibawanya ulama. Jika ulama terhina, kita juga yang dosa,” tandasnya.

Kiai Said menceritakan, pada Muktamar ke-32 di Makassar, pemilihan Rais Aam secara terbuka ternyata memiliki dampak negatif. Bahkan besar sekali dampak negatifnya. “Oleh karena itu, seminar ini kita harapkan menghasilkan konsep yang sudah siap pakai,” harapnya.

Di tempat terpisah, ketika sedang kongkow bersama para kiai, Rais Syuriah PBNU KH Musthofa Aqil Siroj mengisahkan kronologi munculnya AHWA. Saat Muktamar 2010 di Makassar, KH Maimun Zubair diminta beberapa kiai untuk maju sebagai Rais Aam.

“Mbah Mun menolak dengan tegas. Saya nggak mau dipilih. Kalau ditunjuk siap. Begitu kata beliau,” tuturnya menirukan Mbah Maemun.

Menurut Kiai Musthofa Aqil, alasan utama Pengasuh Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang tersebut untuk menghindari pertikaian antarkiai. “Mbah Mun nggak mau ada kiai menang dan kiai kalah,” ungkap menantu Mbah Maemun ini.

Pernyataan sesepuh NU asal Rembang itu kemudian ditindaklanjuti oleh Rais Syuriah KH Masduqi Mahfudh dalam rapat di PWNU Jatim. “Mendengar dawuh Mbah Maemun tersebut, Kiai Masduqi lalu membawanya ke Jawa Timur. Begitu asbabul wurud AHWA yang muncul belakangan ini,” tandas Kiai Musthofa Aqil. (Musthofa Asrori/Fathoni)