Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 2022-2027, Nyai Hj Nafisah Sahal meninggal dunia pada Kamis, (10/11/2022) petang.
Aru Lego Triono
Penulis
Jakarta, NU Online
Innalillahi wa innailahi rajiun. Kabar duka tengah dirasakan warga Nahdliyin. Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 2022-2027, Nyai Hj Nafisah Sahal meninggal dunia pada Kamis, (10/11/2022) petang.
Kabar duka istri mendiang KH Mohammad Ahmad Sahal Mahfudh (Rais Aam PBNU 1999-2014) ini dibenarkan oleh KH M. Faishal Muzammil, Wakil Ketua LBM PWNU Jawa Tengah, sekaligus Muhadlir Ma'had Aly Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Pati.
Menurut Gus Faizhal, Nyai Nafisah meninggal sekitar pukul 18.00 Wib di RSI Pati setelah sebelumnya sempat dirawat di RS Telogoreho Semarang.
“Wafat sekitar pukul 18.00 di RSI Pati setelah dirawat dari RS Telogoreho Semarang pulang Selasa malam Rabu kemarin,” kata Gus Faizhal melalui layanan Whatsapp kepada jurnalis NU Online, Kamis (10/11/2022).
Nyai Nafisah terlahir dari pasangan KH Abdul Fattah Hasyim dan Nyai Hj Musyarofah Bisri. Ayahandanya adalah pendiri Madrasah Mu’allimin Mu’allimat Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang, Jawa Timur. Sementara sang ibu merupakan pendiri Pondok Pesantren Putri Al-Fathimiyyah, Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang, Jawa Timur.
Nyai Nafisah Sahal memulai proses belajar melalui sang nenek, Nyai Hj Chodidjah, istri dari KH Bisri Syansuri. Di Denanyar, Jombang, kakek dan neneknya merupakan pendiri madrasah perempuan pertama di Jawa Timur.
“Nyai Nafisah diasuh oleh kakek dan neneknya pada usia empat hingga delapan tahun,” demikian Hj Tutik Nurul Jannah, menantu Nyai Nafisah, menuliskan profil ibu mertuanya itu di akun facebooknya dilihat NU Online, Jumat (14/1/2022) siang.
Usai neneknya wafat, Nyai Nafisah kembali ke Tambakberas dan dididik langsung oleh kedua orang tuanya. Di sana, Nyai Nafisah melanjutkan pendidikannya di Madrasah Mu'allimin Mu'allimat Bahrul Ulum.
“Beliau hidup dalam keluarga pecinta ilmu dan pejuang pendidikan. Pada masanya perempuan belum banyak mengenyam pendidikan tinggi,” tutur Ning Tutik, Pengasuh Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Pati, Jawa Tengah itu.
Nyai Nafisah berkesempatan menempuh pendidikan tinggi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saat itu, sekitar tahun 1965, kampus yang kini berubah nama menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga tersebut belum lama didirikan.
“Karenanya, maklum jika nomor induk mahasiswa beliau saat itu adalah 933. Dua tahun mengenyam bangku kuliah, beliau dinikahkan dengan Kiai Sahal Mahfudh yang sebenarnya masih terhitung saudara dari garis mbah kakungnya, Kiai Bisri Syansuri,” terang Ning Tutik.
Menurut Ning Tutik, Nyai Nafisah sangat beruntung karena menikah dengan Kiai Sahal Mahfudh yang memberikan kesempatan untuk melanjutkan kuliah hingga tuntas. Kiai Sahal pun terus membersamai. Kedua pasangan ini saling mendukung dan menguatkan dalam membangun rumah tangga, mendidik anak bangsa, serta berkiprah di masyarakat. Saat kuliah, Nyai Nafisah sempat diajar oleh Prof Hasbi Ash-Shiddieqy dan KH Ali Maksum Krapyak. Ning Tutik menceritakan satu hal yang sangat berkesan, saat Nyai Nafisah diajar oleh Kiai Ali Maksum pada mata kuliah tafsir, tepatnya ketika tiba ujian semester.
“Kiai Ali Maksum meminta mahasiswinya itu untuk ujian lisan berupa membaca kitab Bidayatul Mujtahid secara gundulan, tanpa harakat dan makna,” terang Ning Tutik, istri KH Abdul Ghaffar Rozin (Gus Rozin) yang tercatat sebagai salah satu Katib Syuriyah PBNU 2022-2027 itu.
Kiprah Nyai Nafisah Nyai Nafisah Sahal memiliki kiprah di berbagai bidang perjuangan. Baik dalam bidang pendidikan, politik, maupun organisasi sosial keagamaan. Di ranah politik, Nyai Nafisah pernah tercatat sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI. Di ranah pendidikan, Nyai Nafisah adalah pendiri Pesantren Putri Al-Badi'iyyah, Lembaga Pendidikan Terpadu Sekolah An-Nismah, Guru di Perguruan Islam Mathali'ul Falah, dan Penggagas Himpunan Siswa Mathali’ul Falah Putri (Hismawati).
“Sedangkan di ranah organisasi sosial kemasyarakatan, Nyai Nafisah tercatat pernah menjadi ketua Pengurus Cabang Muslimat NU Kabupaten Pati, Ketua Pengurus Wilayah Muslimat NU Provinsi Jawa Tengah, Dewan Pakar Pengurus Pusat Muslimat NU, dan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama,” terang Ning Tutik.
Di era kepemimpinan KH Said Aqil Siroj, Nyai Nafisah juga tercatat sebagai salah satu dari tiga ulama perempuan yang berada dalam jajaran Mustasyar PBNU, bersama Nyai Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dan Prof (almh) Huzaeman Tahido Yanggo. “Aku wis tuwo, Tik. Kok iso isih mlebu Mustasyar NU (Saya sudah tua, Tik. Kok bisa masih masuk Mustasyar NU),” kata Nyai Nafisah kepada Ning Tutik pasca pengumuman kepengurusan PBNU.
“Dikersaaken ngoten buk.. menawi mawon damel menyemangati ingkang muda-muda (diharapkan begitu, Bu. Kalau saja buat memberi semangat yang muda-muda,” jawab Ning Tutik sembari menyebutkan nama Nyai Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid.
Istri KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur itu merupakan teman sekelas Nyai Nafisah semenjak kelas 5 MI di Tambakberas, Jombang, hingga kuliah di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ning Tutik juga menyebut santri Nyai Nafisah Sahal, yakni Nyai Hj Masriyah Amva yang masuk di jajaran A’wan PBNU 2022-2027.
“Selamat dan sukses kagem KH Miftachul Akhyar dan KH Yahya Staquf serta para kiai, gus, ning dan nyai dalam kepengurusan PBNU hasil Muktamar NU Lampung 2021,” pungkas Ning Tutik dalam catatan di facebooknya yang ditulis berdasarkan catatan saat berbincang santai dengan Nyai Nafisah Sahal, pada 6 Oktober 2017, beserta tambahan data yang disesuaikan perkembangan kekinian.
Pewarta: Aru Lego Triono/Zunus Muhammad
Editor: Zunus Muhammad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua