Jelang Lebaran, Pengrajin Rotan di Banda Aceh Berjuang Hadapi Daya Beli Masyarakat yang Menurun
Jumat, 14 Maret 2025 | 15:30 WIB

Salah seorang pekerja di UMKM Rotan Mano Aceh Lestari sedang membuat parcel rotan di Banda Aceh, Kamis 13 Maret 2025. (Foto: NU Online/Wahyu Majiah)
Wahyu Majiah
Kontributor
Banda Aceh, NU Online
Dua pekan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah atau 2025 Masehi, suasana di UMKM Rotan Mano Aceh Lestari terlihat sibuk namun penuh kehati-hatian. Kliwon, seorang pengrajin rotan yang telah puluhan tahun berkecimpung di dunia kerajinan rotan, duduk di antara tumpukan keranjang parsel yang siap dipasarkan. Meski telah memproduksi sekitar 4.000 keranjang parsel untuk memenuhi kebutuhan Lebaran tahun ini, Kliwon mengaku belum merasakan geliat pemesanan yang signifikan.
“Biasanya, satu bulan sebelum puasa, kami sudah mulai mengirimkan parsel ke pelanggan. Tapi tahun ini, hingga satu minggu puasa, belum sepertiga dari stok yang berhasil dikirim,” ujar Kliwon dengan nada prihatin, Kamis (13/3/2025).
Produksi keranjang parsel di UMKM milik Kliwon sebenarnya telah dimulai sejak tiga bulan sebelum Ramadhan. Dengan tiga orang pekerja yang setia membantunya, Kliwon berhasil menyelesaikan ribuan keranjang parsel dengan berbagai model dan ukuran. Parcel hasil olahan tangan Kliwon dan para pekerjanya ini memiliki bentuk yang berbeda, mulai dari bentuk bulat, persegi hingga yang bertingkat.
Keranjang-keranjang tersebut dijual dengan harga bervariasi, mulai dari Rp60 ribu hingga Rp150 ribu per buah, tergantung pada desain dan tingkat kerumitannya.
Namun, tahun ini, Kliwon menghadapi tantangan yang cukup berat. Daya beli masyarakat, menurutnya, menurun hampir 50% dibandingkan tahun sebelumnya. Padahal, biasanya keranjang parsel buatannya laris manis menjelang Lebaran.
“Kami sudah menyiapkan 4.000-an keranjang parsel untuk kebutuhan Lebaran tahun ini. Tapi, pemesanannya masih sepi,” ungkapnya.
Meski menghadapi tantangan, Kliwon tetap optimis. UMKM Rotan Mano Aceh Lestari miliknya telah memiliki pasar yang cukup luas. Keranjang parsel buatannya tidak hanya diminati oleh konsumen di wilayah Aceh, seperti Barat Selatan, Sabang, Sigli, hingga Bireun, tetapi juga merambah ke pasar nasional dan internasional.
“Kami juga melayani pemesanan dari Jakarta, terutama untuk produk furnitur rotan. Bahkan, beberapa produk kami sudah sampai ke pasar Timur Tengah,” kata Kliwon dengan bangga.

Selain keranjang parsel, Kliwon juga memproduksi furnitur rotan dengan harga yang bervariasi, mulai dari Rp350 ribu hingga Rp14 juta per item. Namun, menjelang Lebaran, fokus utamanya adalah memastikan keranjang parsel terjual dengan baik.
“Furnitur rotan memang menjadi produk andalan kami sepanjang tahun, tapi keranjang parsel adalah primadona saat Lebaran,” jelasnya.
Tahun ini, Kliwon merasakan betapa beratnya tantangan yang dihadapi oleh pelaku UMKM. Penurunan daya beli masyarakat tidak hanya memengaruhi penjualan keranjang parsel, tetapi juga furnitur rotan. “Normalnya, omset kami bisa mencapai Rp200 juta. Tapi tahun ini, kami berharap ada perubahan agar pelaku UMKM seperti kami bisa terselamatkan,” ujarnya.
Kliwon mengaku, biasanya satu bulan sebelum puasa, permintaan keranjang parsel sudah mulai meningkat. Namun, tahun ini, hingga pekan kedua Ramadhan, pemesanan masih terasa sepi. “Kami tetap optimis, semoga ada peningkatan pemesanan menjelang Lebaran agar usaha kami bisa bertahan,” harapnya.
Harapan di Tengah Ketidakpastian
Meski situasi saat ini belum menggembirakan, Kliwon dan para pekerjanya tetap bersemangat menyiapkan stok keranjang parsel untuk Lebaran. Gudang penyimpanannya masih dipenuhi dengan keranjang parsel yang siap dipasarkan. “Kami sudah menyiapkan segalanya. Tinggal menunggu momentum yang tepat,” katanya.
Kliwon berharap, dalam beberapa pekan mendatang, pemesanan akan meningkat sehingga stok yang telah diproduksi sejak tiga bulan sebelum Ramadhan dapat terjual habis. “Kami yakin, masyarakat tetap membutuhkan keranjang parsel untuk berbagi kebahagiaan di hari Lebaran. Semoga semuanya berjalan lancar,” ucapnya dengan penuh harap.
Di tengah tantangan yang dihadapi oleh Kliwon dan pelaku UMKM lainnya, dukungan dari pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan. Kliwon berharap, ada kebijakan atau program yang dapat membantu pelaku UMKM untuk bertahan di tengah penurunan daya beli.
“Kami butuh dukungan, baik dari pemerintah maupun masyarakat. UMKM seperti kami adalah tulang punggung perekonomian di daerah ini. Jika kami bisa bertahan, maka perekonomian di Aceh juga akan tetap bergerak,” tegasnya.
Sambil menunggu peningkatan pemesanan, Kliwon dan timnya terus berinovasi dengan menciptakan desain-desain baru untuk menarik minat konsumen. “Kami tidak boleh menyerah. Selama masih ada peluang, kami akan terus berusaha,” kata Kliwon dengan tekad yang membara.
Menjelang Lebaran, harapan Kliwon dan para pengrajin rotan di Banda Aceh adalah agar keranjang parsel mereka dapat menemukan jalan ke rumah-rumah masyarakat, membawa kebahagiaan dan keberkahan di hari yang fitri.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Ini Amal dengan Pahala Terbaik bagi Orang Puasa Ramadhan
2
Khutbah Jumat: Nuzulul Qur’an dan Perintah Membaca
3
Presiden Prabowo Tanda Tangani PP Nomor 11 2025 tentang Pencairan THR dan Gaji Ke-13 ASN
4
Khutbah Jumat: Nuzulul Qur’an dan Anjuran Memperbanyak Tadarus
5
Khutbah Jumat: Ramadhan, Bulan Turunnya Kitab Suci
6
Khutbah Jumat: Melihat Tabiat Buruk Manusia dalam Al-Quran
Terkini
Lihat Semua