Kaleidoskop 2019: Saat Gerhana Matahari Total Sambangi Bumi
Kamis, 26 Desember 2019 | 02:15 WIB
Peristiwa alam tersebut bukan hanya terjadi hari ini, tetapi juga terjadi pada Selasa (2/7/2019) lalu. Namun, pada saat itu yang terjadi ialah Gerhana Matahari Total. Meski hanya melewati beberapa negara dan kawasan di bumi, fenomena ini disaksikan oleh warga bumi melalui sejumlah saluran.
Dengan kata lain, masyarakat dunia berkesempatan melihat fenomena alam ini meskipun lokasinya terbatas. Peristiwa ini menyebabkan cahaya matahari hilang sejenak, sehingga langit menjadi gelap seperti malam hari. Apa saja fakta gerhana matahari total lainnya?
1. Berlangsung 4 menit
Gerhana matahari total pada hari ini muncul dini hari, tepatnya pukul 03.00 WIB. Fenomena ini berlangsung selama 4 menit 33 detik, lebih lama 2 menit 40 detik dibandingkan gerhana matahari total yang terjadi bulan Agustus 2017 lalu.
NASA menyatakan bahwa totalitas gerhana diperkirakan dimulai pada Selasa (2/7/2019) pukul 20.38 GMT atau sekitar pukul 16.38 waktu Chile. Di Junin, Argentina, gerhana diperkirakan dimulai pukul 20.42 GMT atau sekitar pukul 17.55 waktu Argentina.
2. Hanya bisa dilihat di beberapa lokasi
Masyarakat yang bisa melihat gerhana matahari total secara langsung terbatas hanya di lokasi tertentu, yaitu di area Samudera Pasifik, Argentina dan Chili. Sedangkan Indonesia tidak berkesempatan.
3. Dampak gerhana matahari total
Gerhana matahari total bisa mengganggu gravitasi Bumi, dengan cara menghambat pemanasan dan proses ionisasi di lapisan ionosfer atmosfer Bumi.
Selain itu, gerhana matahari total juga bisa menyebabkan kerusakan mata oleh sinar ultraviolet, sehingga saat fenomena ini terjadi disarankan untuk menggunakan pelindung mata saat bepergian ke luar.
4. Masa terjadinya gerhana
Rata-rata sebuah gerhana matahari total terjadi setiap 18 bulan sekali di suatu tempat di bumi, tetapi untuk tempat yang sama diperkirakan hanya terjadi rata-rata setiap 360 hingga 410 tahun.
5. Mitologi gerhana
Gerhana matahari total sempat dianggap bencana oleh masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Ketika gerhana matahari total terjadi pada 11 Juni 1983, masyarakat menganggap itu ulah Batara Kala, putra dewa yang berwujud raksasa akibat terkena kutukan.
Dalam mitologi Jawa, Batara Kala menaruh dendam terhadap Batara Surya (Dewa Matahari) dan Batara Soma (Dewa Bulan) dan terus mengejar mereka. Saat tertangkap, Batara Kala akan menelan dewa-dewa itu sehingga langit jadi gelap gulita.
Maka, ketika gerhana terjadi, masyarakat akan ramai-ramai bersembunyi dan memukul lesung, membuat kebisingan agar Kala memuntahkan matahari atau bulan yang ditelannya.
Bahkan, pemerintahan Soeharto sempat geger menghadapi gerhana matahari total hingga membentuk Panitia Nasional Gerhana Matahari. Seluruh masyarakat tidak boleh keluar rumah saat gerhana matahari total berlangsung. Jika nekat, siap-siap saja mata jadi buta.
Pewarta: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua