Surabaya, NU Online
Sejumlah kebijakan dan terobosan dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) dalam pengembangan generasi muda. Salah satunya adalah Santri Milenial Kementerian Pertanian.
Itikad tersebut didukung Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).
Menurut koordinator LPPM Unusa, Muhammad Ghofirin, apa yang dilakukan Kementan terntu akan didukung. Apalagi di Jawa Timur sendiri sedang dikembangkan One Pesantren One Product atau OPOP.
"Kami memiliki program OPOP yang bisa bersinergi dengan program Santri Milenial Kementerian Pertanian," kata Ghofirin dalam acara sinergi program OPOP di Hotel Ibis Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (24/8).
Ghofirin menjelaskan, selain dengan Kementan pihaknya juga akan menjalin kerja sama dengan Dinas Pendidikan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Koperasi dan UKM, serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur. Kerja sama ini meliputi pembahasan rumusan dan konsep implementasi.
"Ada tiga pilar yang harus diimplementasikan dalam program OPOP. Masing-masing kategori santripreneur, pesantrenpreneur dan alumni melalui sosiopreneur. Program ini juga bertujuan menyempurnakan program SMK mini pada masing-masing pesantren," jelasnya.
Sementara untuk prioritas program OPOP, sedikitnya ada 15 kabupaten yang masuk kategori miskin di Jawa Timur. Semua kategori miskin ini wajib memiliki perhatian khusus untuk proyeksi penerapan program.
"Dalam hal ini, SMK mini diharapkan memberikan kontribusi nyata untuk pesantren yang nanti pengelolaan manajerialnya oleh koperasi pada masing-masing pesantren. Jadi, dengan adanya kerja sama antara koperasi pondok pesantren dan program SMK mini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang ada," ungkapnya.
Ghofirin mengusulkan bahwa syarat dan kategori keikutsertaan program ini ialah masing-masing santripreneur harus berusia 16 hingga 19 tahun. Sedangkan untuk kategori sosiopreneur syarat yang ada harus berusia 20 hingga 30 tahun.
Dirinya berharap Kementerian Pertanian bisa masuk pada kedua jenjang sesuai dengan prioritas program yang diberikan kepada santri tani milenial.
Bisa berupa bantuan hibah seperti KSTM atau bimtek sesuai dengan komoditasnya manajerialnya.
“Kemudian Kementan juga diharapkan bisa menyondingkan data 15 kabupaten prioritas yang mendapatkan bantuan serta pengembangan OPOP, " tandasnya.
Editor: Ibnu Nawawi