Nasional

Ketika Sanubari Jadi Hakim atas Kasus Pembunuhan

Jumat, 31 Mei 2024 | 17:00 WIB

Ketika Sanubari Jadi Hakim atas Kasus Pembunuhan

Para pemain naskah drama Mahkamah selepas pentas ngobrol dengan Slamet Rahardjo (Foto: Syakir NF/NU Online)

Jakarta, NU Online
Hakim mempersilakan Mayor Bahri untuk duduk di kursinya. Ialah terdakwa sekaligus hakim yang memutus perkaranya sendiri.


Demikian adegan yang ditampilkan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta saat mementaskan Mahkamah karya Asrul Sani. Pementasan itu digelar di Gedung Pertunjukan Bulungan, Jakarta, Kamis (30/5/2024).


Ketika duduk di kursi hakim, Bahri pun berbicara kepada dirinya yang menjadi terdakwa, bahwa ia telah sampai pada batasnya dan memintanya untuk pamit dari dunia. Ia juga meminta kepada dirinya untuk mengikhlaskan segalanya mengingat segala hal yang telah ia lakukan sudah bukan lagi urusannya, melainkan manusia yang ditinggalkan. Sebab, tidak ada lain yang dibawa menuju keabadian kecuali amal.


Oleh karena itu, ia menyarankan agar mengajukan perkara itu kepada Hakim tertinggi karena Dialah yang mampu menjawab dan memberikan keadilan. Terakhir, ia juga berpesan agar lekas bertaubat karena pintunya masih terbuka.


“Pintalah pada-Ku dan Aku akan memberikan,” katanya menyebut janji Tuhan dan langsung diikuti backsound lantunan Al-Qur’an surat Ghafir ayat 60, wa qâla rabbukumud‘ûnî astajib lakum, innalladzîna yastakbirûna ‘an ‘ibâdatî sayadkhulûna jahannama dâkhirîn, “Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina'.”


Bahri dituduh melakukan pembunuhan terhadap Kapten Anwar. Tuduhan itu didasari adanya cinta segitiga antara Bahri, Anwar, dan Murni. Nama terakhir ini pada mulanya merupakan istri Anwar, tetapi Bahri menyukainya hingga menikahinya setelah Anwar meninggal karena dieksekusi mati. Hukuman tersebut ditetapkan karena Anwar enggan mematuhi perintah komandannya, Bahri, untuk melaksanakan tugas dengan mengerahkan pasukannya. Anwar berdalih, nuraninya berkata tidak untuk melakukan hal tersebut karena hanya akan menjadi medan pembantaian, bukan peperangan.


“Perang paling kejam adalah perang saudara. Medan pertempuran jadi medan pembantaian tanpa pilih bulu. Saya berhak untuk keutuhan nurani saya. Saya membangkang dengan sepenuh risiko,” demikian Anwar berdalih.


‘Pecah’


Ketegangan begitu tampak manakala terjadi perdebatan antara pembela yang berupaya kuat untuk meringankan terdakwa dan jaksa yang juga berusaha untuk memperberat hukuman. Namun, semua itu berubah saat saksi kedua yang dihadirkan jaksa tiba di pengadilan. Kehadirannya berhasil mengocok perut penonton. Tidak hanya tindakan, celetukan dan ceritanya pun membuat penonton tidak sanggup menahan tawa.


Saat tiba di majelis pengadilan, ia menyalami hampir seluruh pemain, mulai hakim, Anwar, jaksa, hingga terdakwa, tetapi tidak pada pembela, hanya berujar salam sembari menangkupkan tangan saja. Kepada Bahri dan Anwar, ia memberikan penghormatan secara khusus karena mereka adalah pimpinannya dalam kesatuan.


Saat ditanya mengenai desas-desus kematian Anwar, ia menjawab dengan mengutip pernyataan rekannya. “Ini mah anak-anak yang bilang,” katanya dengan logat Betawi kental yang sontak disambut gelak tawa penonton.


Pun ketika perdebatan memuncak sampai kedua belah pihak tidak berhenti bicara, tidak saling menunggu, tetiba hakim mengetukkan palunya berulang. Bukan itu yang membuat penonton tergelak, tetapi teriakan panitera. “Sabar! Sabar!” dengan suara layaknya orang tua.


Penampilan ini tidak saja ditonton oleh keluarga mahasiswa, tetapi juga keluarga penulis naskahnya, Asrul Sani. Hadir pada malam tersebut Syauqi Sani (putra Asrul Sani), Riris Sarumpaet (adik ipar Asrul Sani) yang hadir dengan kapasitasnya sebagai guru besar Universitas Indonesia untuk membahas penampilan tersebut, dan Slamet Rahardjo (murid Asrul Sani), aktor dan sutradara kawakan.