Nasional

Ketum PBNU Ajak untuk Hormati Kebudayaan

Kamis, 2 Agustus 2018 | 00:00 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengajak bangsa Indonesia,  terutama umat Islam agar bersama-sama menghormati kebudayaan, menghargai perbedaan, dan bersikap toleran. 

Sebab, selain Al-Quran mengajarkan untuk saling menghormati, juga bersama-sama membantah tesis ilmuwan politik dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, Samuel P Huntington yang menyatakan dalam bukunya, The Clash of Civilization and the Remaking of World Order (1996) bahwa paska perang dingin, agama dan kebudayaan menjadi sumber konflik.

“Mari kita jawab tantangan ini bahwa Indonesia bermartabat, berbudaya. Identitas, budaya, suku, dan agama tidak menjadikan penyebab konflik di antara kita,” kata Kiai Said pada acara peluncuran Said Aqil Siroj (SAS) di Hotel Arya Duta, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (1/8).

Menurut Kiai Lulusan Ummul Qura, Arab Saudi itu,  Islam Nusantara yang menjadi perbincangan publik setelah diangkat sebagai tema pada Muktamar NU di Jombang, Jawa Timur pada 2015 dapat menjadi solusi untuk menjawab persoalan di era globalisasi.

“Islam Nusantara menurut saya sebagai solusi menjawab era globalisasi. Kalau tidak, kita akan hanyut, hancur dimulai dari budaya kita,” jelasnya.

Namun demikian, Kiai Said tidak mempermasalahkan pihak-pihak yang tidak setuju terhadap istilah Islam Nusantara karena menurutnya, praktik beragama dengan menghormati kebudayaan lokal merupakan warisan dari para wali songo. Melalui pendekatan kebudayaan, Walisongo sukses mengislamkan orang-orang.  

 “Nah! Kita sekarang melanjutkan apa yang telah dimulai para wali songo,” (Husni Sahal/Abdullah Alawi)