Jakarta, NU Online
Allah SWT mempunyai sifat Qudus, Yang Maha Suci. Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor KH M. Luqman Hakim, Qudus berarti Allah disucikan dari pemahaman inderawi, khayal atau imajinasi, lintasan batin atau proyeksi renungan.
Menurut Direktur Sufi Center Jakarta ini, apapun yang terbayang tentang Allah bertempat berdimensi berwaktu berwarna berasa berarah berbentuk pastilah bukan Allah.
“Allah Maha Suci dari semua itu,” tegas Kiai Luqman dikutip NU Online, Selasa (5/6) melalui akun twitter pribadinya @KHMLuqman.
Manusia, sambungnya, mempersepsi kesempurnaan Allah melalui persepsi dan pandangannya, maka Allah tersucikan dari persepsi-persepsi itu. Karena persepsi manusia pasti menurut kadar dirinya bukan menurut Allah SWT.
“Allah Maha Suci dari bayangan paripurnanya makhluk menurut makhluk,” ucap penulis buku Jalan Ma’rifat ini.
Bagi hamba hanya bisa wujudkan dirinya agar suci dari hasrat dan kehendaknya. Ilmunya harus suci dari khayal dan pengaruh inderawi dan hewani.
“Alam Azali tak terjangkau inderawi dan persepsi mana pun. Seorang hamba harus menyingkirkan semua itu demi lebur dalam universal Ilahi,” jelasnya.
Persepsi khayali dan inderawi hanya berintegrasi dengan kebinatangan. Maka seseorang harus menanjak menuju yang kebih luhur.
“Karena kebesaran penempuh Jalan Ilahi dinilai menurut kadar hasratnya. Jika hasratnya syahwat, maka ia hanya bertemu kebinatangannya,” tandas Kiai Luqman. (Fathoni)