Nasional

KH Miftachul Akhyar: Pengukuhan PBNU untuk 'Recharging' Energi Komitmen dan Spiritual 

Senin, 31 Januari 2022 | 14:45 WIB

KH Miftachul Akhyar: Pengukuhan PBNU untuk 'Recharging' Energi Komitmen dan Spiritual 

Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. (Foto: NU Online/Suwitno).

Balikpapan, NU Online 
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmah 2022-2027 secara resmi dikukuhkan di Balikpapan Sport and Convention (Dome), Balikpapan, Kalimantan Timur. Pengukuhan tersebut mengambil tema “Menyongsong 100 Tahun Nahdlatul Ulama: Merawat Jagat, Membangun Peradaban”. Senin (31/1/2022).

 

Pada sambutannya, Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar menyampaikan bahwa adanya pengukuhan pengurus merupakan bentuk recharging energi komitmen spiritual dan jalinan kerja semangat untuk seluruh pengurus PBNU.

 

“Kepengurusan ini sudah sah setelah Muktamar selesai. Namun agar ada recharging energi komitmen spiritual dan jalinan kerja semangat yang dilakukan, maka diperlukan pembaiatan-pembaiatan,” kata Kiai Miftach.

 

“Semoga panjenengan semua menjadi saksi atas ikrar kesanggupan para pengurus PBNU,” imbuhnya.

 

Selanjutnya, Kiai Miftach mengutip ayat Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 269, Yu’til hikmata man yasya’ wa man yu’tal hikmata fa qad utiya khairan katsira (Allah menganugerahi hikmah (pengetahuan yang dalam) pada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi hikmah yang banyak).

 

Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Miftsachussunnah, Surabaya itu, para pengurus PBNU merupakan orang alim yang termasuk dianugerahi hikmah oleh Allah swt sebagaimana disinggung oleh ayat di atas.

 

Sehubungan dengan itu, sebagaimana pernah ditegaskan Imam Syafii, Kiai Miftach mengatakan bahwa seluruh pengurus tersebut harus selalu berpedoman pada ajaran-ajaran agama dan mengetahui kondisi masyarakat sekitar.

 

“Imam Syafii menyatakan bahwa orang alim, apalagi pengurus PBNU, adalah orang-orang yang selalu wuquf (berpedoman) dengan agamanya dan tahu betul apa yang terjadi di tengah masyarakat. Detak jantung yang terjadi di tengah masyarakat harus diketahui si alim ini,” terangnya.

 

Kiai Miftach menjabarkan bahwa seorang alim juga harus menjadi teladan bagi umat, peduli pada agama dan bangsa, memiliki pandangan yang luas, menguasai keilmuan yang mendalam, serta memiliki kearifan dalam kepemimpinan yang dikagumi.

 

Mendasari paparannya, Kiai Miftach mengutip salah satu hadits Nabi yang artinya, ‘Sesungguhnya perumpamaan seorang alim adalah seperti mata air  yang menyirami negeri dan setiap orang yang melewatinya. Demikian juga orang alim, penduduk negeri dan orang yang melewatinya dapat mengambil manfaat dari keberadaannya.’

 

“Itulah tugas-tugas ulama yang sebenarnya,” tegas Kiai Miftach.

 

“Semoga Allah memberikan ma’unah (pertolongan), kekuatan bagi kita semuanya sehingga masa khidmah 2022-2027 ini bisa berjalan dengan baik dan mendapat ridha Allah swt,” tandasnya.

  

Agenda Pengukuhan PBNU tersebut dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, Gubernur Kaltim Isran Noor dan segenap Menteri Kabinet Indonesia Maju serta Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

 

Pengukuhan PBNU berlangsung dengan tetap menaati dan mematuhi protokol kesehatan. Di dalam ruangan acara, hanya diizinkan masuk sebanyak 300 orang. Selain itu, diikuti secara daring oleh PWNU, PCNU, MWCNU, dan ranting NU di seluruh Indonesia, serta PCINU di berbagai Negara.

 

Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Aiz Luthfi