KH Miftachul Akhyar: Rasa Takut dan Harap kepada Allah Harus Seimbang
Jumat, 10 Maret 2023 | 10:00 WIB
Malik Ibnu Zaman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menjelaskan bahwa manusia harus totalitas kepada Allah, serta tahu dan sadar diri manusia milik Allah.
"Sebagaimana Al-Qur'an telah menyatakan wallahu khalaqakum wama ta'malun. Allahlah yang menciptakan kalian, wama dan apapun yang kalian lakukan. Apapun, min khairin wa sarrin. Baik itu sesuatu yang baik, atau sesuatu yang jelek. Itu diciptakan oleh Allah," ujarnya pada tayangan Ngaji Syarah Al-Hikam pertemuan ke-4 di channel YouTube Multimedia KH Miftachul Akhyar diakses oleh NU Online, Kamis (9/3/2023).
Lebih lanjut Kiai Miftach menjelaskan bahwa itu sangat penting sekali. Karena dari situlah akan mempercepat melahirkan rasa khauf (takut) dan raja' (berharap). Apabila khauf dan raja' tidak seimbang yang terjadi adalah kehidupan tidak seimbang, tidak stabil, tidak normal.
"Khauf saja. Maka yang ada hanyalah melihat dunia ini kejam, dunia ini nggak ada nikmatnya, dunia ini isinya hanya cobaan saja, kesengsaraan saja. Raja' saja lebih dominan juga begitu, akan menganggap remeh peringatan-peringatan, kemaksiatan dosa dianggap remeh. Wong Allah ghafar, jadi semua akan dilakukan tanpa merasa beban. Inilah keseimbangan," jelasnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya tersebut berpesan agar hati-hati jangan sampai berpegang teguh dengan amal. Sebab jika terpeleset kemaksiatan, dia akan kehilangan pegangan.
"Seperti yang kemarin saya katakan, belum tentu loh amal kita ini diterima oleh Allah. Lalu hidup kita bagaimana? Intinya kita diperintahkan memakmurkan bumi, tapi berakibat ibadah, nilainya nilai ibadah. Berumah tangga ibadah, ke sawah ibadah, semuanya ibadah. Ini memang diperintahkan, karena apa? Karena kita ini memang makhluk proyeksi akhirat, di samping lakon yang memang diharapkan oleh Allah untuk menjadi lakon di dunia ini," ujarnya.
Ia menerangkan bahwa kelahiran, kewujudan manusia itu merupakan kenikmatan dan anugerah yang besar "Lalu sudah sampai di mana kita melaksanakan anugerah Allah ini agar kita menjadi lakon yang andal memerankan peran-peran, rol-rol yang sudah ditetapkan," ucap Kiai Miftach.
"Jangan sekali-kali berpegang teguh kepada amal tadi, tetapi amal harus tetap dilakukan. Syekh Abdul Qadir Jailani kan begitu ini, ngomongin sholat. Hai sholat aku saya bisa wushul ilallah, saya bisa nyampai kepada Allah bukan karena kamu. Tetapi saya harus melakukan, saya harus melaksanakan sholat. Tetapi sholat itu bukan yang menyebabkan saya wushul ilallah," pungkasnya.
Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
LAZISNU Gelar Lomba dengan Total Hadiah Rp69 Juta, Ini Link Pendaftarannya
2
Cara Wudhu di Toilet agar Tidak Makruh
3
Kolaborasi LD PBNU dan LTM PBNU Gelar Standardisasi Imam dan Khatib Jumat Angkatan Ke-4
4
Besok Sunnah Puasa Ayyamul Bidh Jumadal Ula 1446 H, Berikut Niat dan Keutamaannya
5
UI Minta Maaf soal Disertasi Bahlil Lahadalia, Kelulusan Ditangguhkan, Moratorium SKSG
6
Sosiolog Sebut Sikap Pamer dan Gaya Hidup Penyebab Maraknya Judi Online
Terkini
Lihat Semua