KH Miftachul Akhyar: Waktu Ibarat Pedang, Hati-Hati Jadi Senjata Makan Tuan
Senin, 3 April 2023 | 16:30 WIB
Rais 'Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar. (Foto: tangkapan layar channel Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar)
Malik Ibnu Zaman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar menjelaskan bahwa waktu itu diibaratkan seperti pedang yang dapat bermanfaat, tetapi seketika bisa mencelakai orang lain.
"Waktu itu ibarat pedang. Manakala pedang ini tidak digunakan untuk memotong sesuatu, memutus sesuatu, justru akan menjadi senjata makan tuan. Kamu yang akan dipotong," ujarnya pada tayangan Ngaji Syarah Al-Hikam pertemuan ke-30 di kanal YouTube Multimedia KH Miftachul Akhyar diakses oleh NU Online, Ahad (1/4/2023).
Kiai Miftach menjelaskan, maksud memotong ialah waktu sekarang telah memotong waktu tadi, waktu kemarin. Jumat sekarang telah memotong Kamis, Rabu, Selasa, Senin, Ahad, Sabtu, Jumat kemarin.
"Maka waktu dalam istilahnya Ulama Tasawuf sangat tinggi nilainya. Sehingga ada istilah abnaul waqti, ibnu waqti, bintul waqti, maksudnya apa? Orang yang pasrah total kepada waktu. Artinya pada isian-isian waktu, dia nggak ingat besok lusa, tahun depan, nggak," imbuh Kiai Miftach.
Ia mengungkapkan, Islam mengajarkan bahwa apa yang ada di tengah-tengah kita, itulah garapan yang harus dikerjakan. Adapun memikirkan besok lusa, seminggu, satu tahun, masa depan, usia tua, itu sekedar tambahan, bukan inti.
"Yang inti itu ya saat ini, ada haditsnya. Artinya barangsiapa yang pagi hari ini dia diberikan kesehatan, man asbaha minkum aaminan fi sarobihi muafan fi jasadihi indahu kutu yaumihi fakaanna mahizat lahuddunya. Barangsiapa yang pagi hari, untuk makan sehari sudah terpenuhi ada, dia aman hidupnya nggak ada gangguan, makan sehari cukup, aman, badannya sehat. Kata Rasulullah fakaanna mahizat lahuddunya, sebetulnya dunia dan semuanya telah diberikan kepadanya," jelasnya.
Maka dari itu, Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya tersebut berpesan agar sebagai manusia jangan kalah dari burung. Burung yang lepas tidak pernah menyimpan makanan, tidak pernah menimbun makanan, pagi hari perutnya kosong, sore hari pulang sudah kenyang. Tiap hari seperti itu, sebab pasrahnya kepada Allah.
"Jadi apa pekerjaan kita, proyek kita hari ini lakukan, isi kehidupan itu dengan hari ini. Tetapi mohon maaf, bukan berarti orang yang seperti ini tidak punya rencana, nggak, orang kita pemakmur bumi, khalifatullah fil ardhi. Tetapi di dalam masalah-masalah ketentuan yang di luar kewajiban hari ini, lah itu dipasrahkan kepada Allah," ungkapnya.
Kia Miftach mengatakan bahwa Allah menjadikan waktu itu lengkap dengan isinya, dan manusia jangan coba-coba merubah sesuatu yang tidak dikehendaki Allah pada waktu.
"Tidak mungkin bisa, semua itu kehendak Allah, isi-isian waktu itu yang mengisi Allah, bukan kita. Kita ini hanya menerima, nyetel-nyetel, nyusun-nyusun, gitu aja. Maksudnya seperti ini, ikhtiar bekerja agar tenang, berpikir tetapi tetap ikhtiar. Jadi kita harus cerdas, karena Ilmu Tasawuf itu ilmu tinggi. Ilmu Tasawuf itu ilmu yang tidak meninggalkan dan tidak bertentangan dengan ikhtiar-ikhtiar duniawiyah," jelas
Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
LAZISNU Gelar Lomba dengan Total Hadiah Rp69 Juta, Ini Link Pendaftarannya
2
Cara Wudhu di Toilet agar Tidak Makruh
3
Kolaborasi LD PBNU dan LTM PBNU Gelar Standardisasi Imam dan Khatib Jumat Angkatan Ke-4
4
Besok Sunnah Puasa Ayyamul Bidh Jumadal Ula 1446 H, Berikut Niat dan Keutamaannya
5
UI Minta Maaf soal Disertasi Bahlil Lahadalia, Kelulusan Ditangguhkan, Moratorium SKSG
6
Sosiolog Sebut Sikap Pamer dan Gaya Hidup Penyebab Maraknya Judi Online
Terkini
Lihat Semua