Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengungkapkan hidayah Islam datang kepada seseorang merupakan hal yang misterius karena hal itu merupakan ketentuan Allah yang Maha Memberi Petunjuk (Al-Hadi) dan Maha Menyesatkan Hidayah (Al-Mudhil).
“Hidayah dalam arti petunjuk, direct, langsung dari Allah. Itu haknya Allah, monopolinya, prerogratifnya Allah. Oleh karena itu, para rasul itu sendiri, para nabi dan kita sendiri yang wajib adalah berjuang memperjuangkan agar masyarakat itu mendapatkan hidayah. Dapat apa tidak, itu urusannya Allah,” jelasnya di Gedung PBNU, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut dia, sekaliber Rasulullah tidak mampu mengislamkan beberapa pamannya seperti Abu Jahal, Abu Lahab, termasuk paman yang dicintai dan memberlanya, Abu Thalib.
“Ketika Abu Thalib akan meninggal dunia, tak mau membacakan syahadat, beliau (Nabi Muhammad, red.) menangis, kecewa betul, padahal sangat membentengi Nabi Muhammad dari kejahatan orang-orang Quraisy, tetapi tetap tidak mau masuk Islam, kecewa,” katanya.
Karena kekecewaaan tersebut, Allah menurunkan ayat Al-Qur’an yang artinya, “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”
“Oleh karena itu, nikmat Allah yang paling besar, anugerah Allah yang paling besar adalah hidayah. Allah mengatakan Al-Hadi wal Mudhil, beliau yang memberi petunjuk dan memberi menyesatkan. Kenapa? Karena semua yang ada di duni berasal dari Allah. Yang gampang saja yang gampang. Apa hanya yang cantik saja dari Allah, yang jelek bukan dari Allah? Apa Allah hanya menciptakan burung perkutut yang indah itu atau burung merak yang indah itu, sementara cacing bukan ciptaan Allah? Sudah, sama. Yang menciptakan nabi adalah Allah, yang menciptakan Abu Jahal dan Abu Lahab juga Allah,” jelasnya.
Untuk memahami itu semua, para ulama mengungkapkan tentang adanya iradah kauniyah, ada iradah syar’iyah.
“Allah memberikan petunjuk dengan memberikan akal kemampuan, ada wahyu, ada Al-Qur’an, sudah memberikan petunjuk yang benar, ente atau dia enggak mau, enggak mau mengikuti jalan itu, padahal Allah sudah memberikan petunjuk, kirim nabi, ngasih otak, cerdas, logika, sudah dikasih perasaan dikasih jalan yang lurus, jalan yang benar. Itu iradah syar’iyah,” katanya lagi.
Sementara iradah kauniyah adalah iradah yang tertulis bahwa Abu Jahal tidak akan beriman, itu sudah tertulis dan itu kehendak Allah juga. (Abdullah Alawi)