Lantunan Ya Lal Wathan Muda-mudi Katolik pada Harlah NU di NTT
Sabtu, 5 Februari 2022 | 10:45 WIB
Muda-mudi Katolik saat melantunkan Ya Lal Wathan pada peringatan hari lahir ke-96 Nahdlatul Ulama yang digelar di Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (5/2/2022).
Mahbib Khoiron
Penulis
Manggarai Barat, NU Online
Bangga. Kata inilah yang diulang-ulang Karnolis Joni saat ditanya tentang partisipasinya pada peringatan hari lahir ke-96 Nahdlatul Ulama yang digelar di Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (5/2/2022).
Pagi itu ia datang bersama belasan anggota Paduan Suara Presparani Gereja Katolik Kabupaten Manggarai Barat. Sebagai pelatih, Kornelis ingin memastikan peserta didiknya dapat menjalankan tugas dengan baik.
"Kami mendapat kehormatan untuk menyanyikan Indonesia Raya dan mars Nahdlatul Ulama (Ya Lal Wathan, red)," ujarnya. Kornelis mengenakan peci selayaknya peserta lain yang menghadiri harlah kali ini.
Bagi kepala SMA Negeri 2 Kecamatan Komodo ini, keterlibatan gereja Katolik adalah wujud nyata kerukunan dan persaudaraan yang tumbuh selama ini di NTT. Daerah berpenduduk mayoritas Katolik ini memang mendapat nilai tertinggi dalam Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) Kementerian Agama RI tahun 2021.
Tidak Susah
Lagu Ya Lal Wathan adalah karya KH Abdul Wahab Chasbullah, salah satu pendiri NU. Lirik lagu yang menggelorakan semangat kebangsaan ini disusun berbahasa Arab meski dalam versi terbaru telah diimbuhi terjemah bahasa Indonesia. Ya Lal Wathan menjadi semacam "lagu wajib" pada acara-acara formal NU walaupun sejatinya bukan mars organisasi.
Kendati berlatar belakang Katolik, Kornelis dan timnya mengaku tidak butuh waktu lama untuk melancarkan lirik lagu berbahasa Arab itu. Pihaknya hanya butuh tiga kali latihan untuk mempelajari, melantunkan, bahkan menghafal di luar kepala.
Pengakuan yang sama juga disampaikan Bona Irman. Menurutnya, teman-teman Muslimnya yang giat membantu selama latihan, menjadikan proses ini berlangsung mulus dan baik.
Saat tampil, Bona bersama anggota lainnya sambil mengepalkan tangan tampak fasih melafalkan lagu yang diciptakan tahun 1934 tersebut. Regu pria yang semua berkopiah hitam berbaris di belakang regu wanita yang berbusana biru laut dengan sedikit hiasan batik khas NTT.
Gema Ya Lal Wathan memenuhi aula hotel Meruorah yang diikuti ratusan peserta. Seluruh hadirin yang terdiri dari pengurus PBNU serta utusan PWNU dan PCNU se-NTT berdiri dan secara serentak mengikuti lantunan paduan suara.
Secara demografis, NTT didominasi penduduk beragama Katolik. Data Kementerian Agama NTT tahun 2019 mengungkapkan, ada 3.026.092 penganut Katolik di NTT atau sekitar 53 persen dari total 5,7 juta warga. Disusul penganut Kristen 2,2 juta (38 persen), penganut Islam 466.815 (8,3 persen), penganut Hindu 11.047 (0,19 persen), dan penganut Buddha 618 (0,01 persen).
Nilai Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) tahun 2021 mengalami kenaikan, dengan rata-rata nasional 72,39 atau naik 4,93 poin dari tahun 2020. NTT masuk daerah dengan indeks tertinggi (nilai 81,07), disusul secara berturut-turut Papua (80,20), Sulawesi Utara (78,35), Papua Barat (78,63), dan Bali (77,95).
Tema Harlah NU di NTT kali ini adalah Merawat Jagat Kemaritiman, Membangun Peradaban Nelayan. Selain sebab keanekaragamannya, NTT dipilih sebagai salah satu lokasi harlah NU karena PBNU ingin fokus pada program kemaritiman di daerah ini. Sebelumnya, harlah NU digelar di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Pewarta: Mahbib Koiron
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua