Nasional

LKKNU Tekankan Pentingnya Pola Pengasuhan Keluarga Maslahah agar Anak Tumbuh Optimal, Begini Caranya

Jumat, 4 Oktober 2024 | 13:00 WIB

LKKNU Tekankan Pentingnya Pola Pengasuhan Keluarga Maslahah agar Anak Tumbuh Optimal, Begini Caranya

Ilustrasi seorang ibu sedang berbicara dengan anaknya. (Foto: freepik)

Jakarta, NU Online

Sekretaris Lembaga Kemaslahatan Keluarga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKK PBNU) Ai Maryati Sholichah menekankan pentingnya pola pengasuhan yang maslahah agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.


Menurut Ai, keluarga maslahah bukan hanya membangun hubungan suami-istri, tetapi juga membangun kedekatan dengan anak, keluarga besar, hingga lingkungan sekitar.


“Membangun sebuah keluarga itu bukan hanya relasi suami-istri tetapi relasi dengan anak, hubungan dengan keluarga besar, dengan sosial, dengan bangsa dengan berbagai perbedaan yang beragam, berkarakter, dan juga dengan lingkungan,” ujar Ai kepada NU Online, pada Kamis (3/10/2024).


Ia menambahkan bahwa keluarga maslahah bukan hanya sekadar konsep, melainkan pendekatan praktis yang harus diterapkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari.


Peran-peran keluarga yang maslahah menekankan pada pentingnya hubungan harmonis antara orang tua dan anak, sehingga tercipta perilaku yang baik pada anak.


“Perlu adanya penerapan dan pembiasaan yang dilakukan secara terus berkelanjutan. Bahkan pengasuhan ini harus diutamakan pada komunikasi dua arah, sehingga terjadi bonding yang terus menerus dan tidak tergantikan,” ujarnya.


Ai yang juga merupakan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) itu menyampaikan, membangun komunikasi dua arah kepada anak harus dilakukan karena akan membangun kehangatan.


Melalui komunikasi ini, anak akan berani menyampaikan dan bercerita kegiatannya selama sekolah dan di lingkungan masyarakat.


Ia menegaskan bahwa komunikasi dua arah yang dilakukan akan membantu membimbing anak-anak untuk mengambil keputusan terbaik dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Anak juga akan menjadi pelopor atas lingkungan yang kondusif di dunia pendidikan.


“Bayangkan, misal satu anak dari lingkungan keluarga positif dan berkumpul di sekolah, berarti menghasilkan ribuan anak hasil dari keluarga yang positif. Ini yang sesungguhnya menjadi harapan kita semua,” ujar Ai.


Ai menyampaikan, saat ini sebagian besar orang tua menerapkan sistem digital parenting. Ia menegaskan bahwa melalui telepon genggam atau handphone (HP), pengawasan dan pendidikan anak tidak semua dapat teratasi dengan baik.


Penggunaan HP kepada anak harus dilakukan dengan bijak oleh orang tua, harus dibekali ak sosial atau persetujuan bersama antara anak dan orang tua.


“Digital parenting yang sebagian besar orang tua terapkan memang di satu sisi tidak bisa, tetapi di satu sisi menjadi alternatif yang harus menjadi pembelajaran penting karena HP tidak bisa menyelesaikan semuanya,” ujar Ai.


“Meski HP ini menjadi alternatif yang harus dibekali dengan kontrak social atau persetujuan bersama, tetapi HP tidak bisa menggantikan semua pengasuhan orang tua terhadap anak,” tambahnya.