Nasional

LTM PBNU Tegaskan Masjid sebagai Pusat Peradaban: dari Dakwah hingga Pemberdayaan Ekonomi

Senin, 23 September 2024 | 13:00 WIB

LTM PBNU Tegaskan Masjid sebagai Pusat Peradaban: dari Dakwah hingga Pemberdayaan Ekonomi

Sekretaris Lembaga Takmir Masjid (LTM) PBNU Ahmad Zayadi, Sabtu (21/09/2024), saat membuka Pelatihan Manajemen Transformasi Kemasjidan Batch 3 di Asrama Haji, Semarang, 21-23 September 2024. (Foto: dok. LTM PBNU)

Semarang, NU Online

Fungsi masjid hari ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat peradaban yang berperan strategis sebagai pusat dakwah dan literasi, kaderisasi, pemberdayaan ekonomi umat, pelestarian tradisi budaya, hingga resolusi konflik, dan harmoni sosial.


Demikian disampaikan oleh Sekretaris Lembaga Takmir Masjid (LTM) PBNU Ahmad Zayadi, Sabtu (21/09/2024), saat membuka Pelatihan Manajemen Transformasi Kemasjidan Batch 3. Kegiatan ini diikuti pengurus LTM NU cabang dan beberapa DKM masjid di Jawa Tengah yang digelar gedung Asrama Haji, Semarang, 21-23 September 2024.


Zayadi menjelaskan, pelatihan ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas para takmir dan aktivis masjid terutama dalam menghadapi berbagai tantangan dinamika kehidupan beragama, sosial, dan berbangsa.


“Di era disrupsi ini, dunia terus mengalami perubahan. Maka, transformasi manajemen masjid ini merupakan bagian dari penerjemahan visi besar PBNU yakni ‘Merawat Jagat Membangun Peradaban’,” jelas pria yang juga Direktur Penerangan Agama Islam, Kementerian Agama.


Ia dalam pemaparannya juga menguraikan berbagai tantangan beragama yang dihadapi umat Islam di era disruptif saat ini. Beberapa tantangan tersebut antara lain adalah perubahan peran pemuka agama, pergeseran otoritas kualifikasi keilmuan, klaim kebenaran tunggal, komersialisasi agama, hingga ketergantungan pada teknologi digital.


“Semua ini menuntut adanya adaptasi dan transformasi dari berbagai elemen masyarakat khususnya kalangan NU untuk mengoptimalkan fungsi masjid sebagai pusat peradaban,” ujar Zayadi.


“Para pengurus dapat menggali potensi yang dimiliki masjidnya sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya, misalnya memperkuat peran sebagai pusat dakwah, kaderisasi, kegiatan sosial, ekonomi umat, literasi dan pendidikan keagamaan, pelestarian tradisi keagamaan, penguatan wawasan kebangsaan, bahkan hingga tempat resolusi konflik dan harmoni sosial,” sambungnya.


Zayadi memberikan saran perihal transformasi peran masjid melalui pendekatan Pentahelix, yaitu kolaborasi antara lima unsur, yaitu pemerintah, dunia usaha, komunitas, akademisi, dan media.


“Dengan strategi ini, masjid diharapkan tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial, ekonomi, dan pendidikan yang berkontribusi nyata dalam pembangunan masyarakat,” paparnya.


Untuk mendukung transformasi tersebut, Zayadi menggarisbawahi pentingnya inovasi dalam pengelolaan masjid. Inovasi ini mencakup manajemen, program, pelayanan, hingga penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan zaman.


"Sejalan  dengan semangat visi besar NU, kita berharap masjid-masjid bisa menjadi tempat yang lebih dari sekadar ibadah, tetapi juga menjadi pusat pembentukan karakter dan peradaban yang mulia,” harap Zayadi.