Nasional EKPEDISI ISLAM NUSANTARA

Mahasiswi Thailand Menari dan Menyanyi Gambang Semarang

Selasa, 5 April 2016 | 03:00 WIB

Semarang, NU Online
Mahasiswi-mahasiswi Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) asal Thailand menari dan menyanyikan lagu Gambang Semarang di aula kampus Unwahas di Semarang, Jawa Tengah pada Senin (4/4).

Tarian dan nyanyian tersebut merupakan salah satu rangkaian pembuka pada Festival dan Talkshow Ekspedisi Islam Nusantara dan seminar Pemikiran dan Kiprah KH Sholeh Darat dalam Pengembangan Islam Nusantara. Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama Unwahas dan PBNU dalam rangka Ekspedisi Islam Nusantara.

Menurut salah seorang penari, Farida Thoyong, mereka berlatih menyanyi dan menari khas Semarang itu tidak sampai sebulan. Bagi dia dan teman-tamannya, menari bukanlah barang baru karena di daerah kelahirannya, Pathani, juga kerap menarikan tari kipas.

Terkait kuliahnya di Indonesia, ia mengatakan, di Thailand, warga muslim relatif susah mendapatkan pendidikan tinggi karena terkait keamanan. Muslim di sana, kata Farida, jarang keluar malam karena takut.

Menurutnya, Thailand berbeda dari Indonesia yang sangat toleran terhadap agama-agama lain. “Di sini kan ada NU, Aswaja,” katanya seraya menyebut dirinya sebagai aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Karena itulah mahasiswi Pendidikan Agama Islam Unwahas dan teman-temannya merasa betah dan nyaman di Indonesia. Begitu juga keluarga mereka sangat mendukung meski awalnya menangis terus.

Mahasiswi lain, Sufiya Musa, menyebutkan, sekarang telah banyak pemuda-pemudi Thailand yang menuntut ilmu di Indonesia. Tidak hanya di Unwahas, tapi juga di kampus-kampus lain. Sebagai sarana komunikasi di antara mereka, dibentuklah organisasi mahasiswa Thailand yang pernah mengadakan pertemuan di Tulungagung, Jawa Timur.

Sementara Arini Doloh, mahahiswi Jurusan Hubungan Internasional menyebutkan tidak terlalu lama belajar bahasa Indonesia karena di Pathani juga menggunakan bahasa Melayu.

Tentang kesannya belajar di Unwahas, ia mengaku senang karena teman-temannya orang Indonesia banyak membantu, misalnya dalam penguasaan berbahasa.

Menurut pihak Unwahas, Harun, kampusnya memiliki mahasiswa-mahasiwi asing terbesar di Jateng. Di Unwahas, kata dia, mereka belajar dari awal sampai selesai. “Mereka betul-betull dari awal yang memakan waktu 4 tahun sampai selesai. Di kampus lain biasanya mahasiswa kunjungan beberapa semester saja,” jelasnya.

Sampai saat ini, menurut dia, mereka relatif menguasai cara berpikir Islam Indonesia yang ramah dan damai. Diharapkan mereka bisa menyebarkan cara berpikir itu di negara masing-masing.

Lebih lanjut, ia menyebutkan di Unwahas terdapat 120 mahasiswa dan mahasiswi asing. Mereka berasal dari Thailand, Afghanistan, Timor Leste, Irak, dan Azerbaijan. (Abdullah Alawi)