Nasional ENSIKLOPEDI NU

Majalah Api Islam

Senin, 1 Oktober 2012 | 03:54 WIB

Api Islam, majalah mingguan yang diterbitkan oleh Yayasan Sosial Keagamaan Lembaga Penggali dan penyebar Api Islam. Sebagaimana dijelaskan dalam terbitan perdananya, penggagas majalah ini adalah para tokoh Islam, ulama dan zu’ama yang secara khusus menganut faham ahlussunnah waljama’ah.

<>

Nomor pertama majalah ini, No. 1 Th. I Djuli 1965, terbit pada 12 Juli 1965, dengan gambar kulit Dr. KH Idham Chalid, yang ketika itu menjabat sebagai Menko Wakil Ketua MPRS, Ketua Umum PBNU, dan juga sebagai Ketua Presidium Konferensi Islam Asia-Afrika (KIAA). 

Dalam susunan pengasuh dan pengelolanya tercantum nama-nama seperti Dr. KH Idham Chalid, Prof. KH Saifuddin Zuhri, H. Djamaludin Malik (Pinisepuh/Penasehat); Hadji Achmad Notosoetardjo (Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab); H. Mas’uddin Nur, Kiai Ridwan Fadhil, Sistaputra N.s., H. M. Arief Lubis, H. Hasbullah Chalid (Dewan Redaksi); KH Anwar Musaddad, Iskandar Sukarno M.A., Dr. Agustina, Dra. Zakijah Deradjat, Dra. Nurlela Dahlan, Nurhasni B.A. (Pembantu Ahli); dan Mohd. Ridwan Fadhali (Tata Usaha). 

Pada edisi-edisi selanjutnya, masuk nama-nama baru seperti Solichin Salam dan Ashar Daliwara di jajaran dewan redaksi dan Dra. Nurlela Dahlan di jajaran pembantu ahli. Majalah ini beralamat di Jalan Tanah Abang Barat 80 A, Jakarta.  

Menurut Kiai Idham Chalid dalam sambutannya sebagai pinisepuh dalam edisi perdana, majalah ini digagas di rumah kediamannya dan nama “Api Islam” sendiri diusulkan oleh Prof. KH Saifuddin Zuhri. 

Namun istilah Api Islam sendiri diakui berasal dari Sukarno yang sejak tahun 1930an telah mendorong umat Islam untuk terus menggali api Islam, inti dari ajaran Islam. Sukarno sendiri mengambil istilah ini dari buku terkenal karya pemikir Muslim India, Syed Amir Ali, The Spirit of Islam, yang pada tahun 1966  itu telah diterjemahkan dan diterbitkan ke dalam Bahasa Indonesia.

Idham Chalid menghendaki “Api Islam” untuk “...bekerja dan berpikir dengan landasan bahwa Api Islam adalah Nur-nya Islam. Api Islam adalah Roh dan Semangat Islam. Api Islam adalah dinamiknya cara berpikir umat Islam. Api Islam adalah pembawa ajaran agama untuk segala zaman, Api Islam pembawa kedinamikan untuk menghidupkan daya amal dam jihadnya Islam, Api menunjukkan suatu yang harus progresif-revolusioner, Api Islam adalah jihadnya Islam di segala bidang, Api Islam membuka pintu ijtihad, Api Islam mengobarkan apinya perjuangan, Api Islam melahirkan filsafah history-d’gress, Api Islam adalah Islam-Science yang berdasarkan Qur’an dan Hadits yang berpengetahuan luas , Api Islam menghendaki scientific-feeling, Api Islam adalah Qur’an dan Hadits yang mewajibkan tiap manusia menjadi cakwati di segala lapangan pengetahuan dan kemajuan, dan Api Islam berbicara yang masuk akal dan up to date.

”Sementara bagi Hadji Achmad Notosoetardjo, “Api Islam” mengandung makna sama dengan “Api Agama”, oleh karena walaupun ia memakai nama “Islam”, bukan berarti mengenyampingkan agama lainnya. “Api Islam” adalah sahabat karib semua aliran agama, karena itu agama-agama lainnya mendapat tempat yang akrab di dalam majalah ini. “Api Islam” menjadi alat revolusi dan berjuang untuk kejayaan revolusi Indonesia, serta bernaung dalam satu barisan  yang berporoskan Nasakom. 

Dalam kerangka mendorong dan membangkitkan semangat revolusioner di atas, “Api Islam” menampilkan beragam tulisan dan topik. Sebagian tulisan diwadahi dalam beberapa rubrik tetap seperti “Bung Karno menjawab,” “Haluan Politik,” “Dari Wanita untuk Wanita”, “Mimbar Djum’at”, “Gelora Islam,” “Seni Budaya,” “Drama Sebabak,” “Menjawab Surat”, “Masalah Fakta Militer,” “Galian Sejarah,” “Kesehatan,” dan “Tjeramah dan Kuliah.” Di luar itu ada beberapa tulisan lepas yang tidak masuk dalam rubrik. 

Kebanyakan tulisan diisi oleh para pengelola sendiri seperti H. M. Arief Lubis, Hasbullah Chalid, Solichin Salam, Zakijah Daradjat, dan lainnya. Pada edisi kedua, redaksi mengundang sastrawan, penulis, ulama dan lainnya untuk mengirimkan tulisan-tulisan dan karya-karya mereka dengan dijanjikan honorarium jika dimuat. Beberapa penulis di luar redaksi yang biasa muncul adalah Nur Arafah, Darto Wahab, Marwan Sarijo, dan lain-lain.    

Ceramah-ceramah dan kuliah-kuliah tokoh NU seperti KH Idham Chalid, KH Saifuddin Zuhri,  KH Achmad Sjaichu dan lain-lain sering memperoleh tempat. Gagasan-gagasan Sukarno dan seluk-beluk keluarganya juga selalu muncul di setiap edisi. Tulisan Soekarno yang terkenal “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme” misalnya dimuat ulang secara bersambung sejak edisi awal. Hal yang menarik, “Api Islam” juga mempunyai rubrik seni budaya yang diisi dengan puisi, cerita pendek atau naskah drama. 

Dalam edisi perdana dikemukakan bahwa “Api Islam” dijual dengan harga Rp 200,- untuk Pulau Jawa dan Rp 220,- untuk luar Jawa. Selain dijual eceran, ‘Api Islam” juga memiliki pelanggan tetap. Sementara tarif iklan 1 halaman Rp 35.000, ½ halaman Rp 20.000, dan ¼ halaman Rp 17.000,-. Beberapa iklan yang pernah muncul dalam terbitan “Api Islam” adalah semir sepatu ‘Bastol’, Hotel Brantas, PT Perusahaan Pelayaran Arafat, PT Bank Siliwangi, J.H. Goldberg, sebuah perusahaan alat-alat optik, dan beberapa produk dari perusahaan negara.

Dari segi pengelolanya “Api Islam” jelas merupakan majalah dari kalangan NU dan mencerminkan ideologi-politik NU saat itu. Meski demikian, isinya tidak melulu hal ikhwal mengenai NU, bahkan bisa dikatakan isinya bersifat sangat umum dan luas serta ditulis dengan perpektif Islam yang revolusioner. 

Majalah ini terbit kurang lebih satu tahun setengah dan melewati suatu periode kritis dalam sejarah transisi politik Indonesia, 1965-1966. Nomor terakhirnya No. 41. Th. II Nopember 1966, dengan gambar kulit Masjid Besar Surakarta. (Hairus Salim HS)