Nasional ENSIKLOPEDI NU

Majalah Aula

Senin, 1 Oktober 2012 | 23:12 WIB

Aula, majalah bulanan yang diterbitkan oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur. Terbit resmi dengan SK PWNU Jawa Timur tahun 1978, dan hingga sekarang sudah memasuki tahun ke-34.
<>
Sepuluh tahun kemudian, majalah ini mendapat Surat Izin Terbit Menteri Penerangan 1987. Penerbitan majalah ini berkantor di Jalan Raya Darmo 96 Surabaya. Sejak Maret 2007 kantor Aula pindah ke kantor PWNU Jawa Timur yang baru, Jalan Masjid Al-Akbar Timur 9, Gayungsari, Surabaya.

Majalah Aula termasuk media yang cukup lama bertahan dengan segmentasi pembaca yang fanatik, terutama dari kalangan warga NU di Jawa Timur. Dalam perkembangan peredaran majalah ini merambah ke seluruh Pulau Jawa, luar Jawa, hingga ke luar negeri melalui jaringan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU).

Keberadaannya melewati tiga tahap. Pertama, tahap perintisan. Pada mulanya (1975), Aula masih bernama Risalah NU, adalah siaran berkala dari PWNU Jawa Timur. Hanya pada saat diperlukan terbit dalam bentuk stensilan. Kadang hanya dua halaman sekali terbit.

Kedua, tahap mencari bentuk amatir. Nama Buletin Nahdlatul Ulama Wilayah Jawa Timur (1978), biasa dikenal dengan nama Buwilnu. Sudah teratur terbit, tetapi masih dibagikan gratis kepada PCNU se-Jawa Timur. Biaya diperoleh dari infaq dan kekurangannya ditutup oleh PWNU. Pimpinannya KH Anas Thohir, saat itu Ketua Bagian Dakwah (sebutan LDNU) PWNU Jawa Timur.

Tahun 1980, nama Buwilnu diganti menjadi Majalah Aula. Tampilannya juga makin “seperti majalah”. Biaya terbitnya, selain dari infaq dan PWNU, juga dari iklan. Manajemen masih sederhana, asal bisa terbit.

Ketiga, tahap profesional. Akhir 1984, ketika itu KH Anas Tohir menjabat Wakil Ketua PWNU Jawa Timur, mengajak Abdul Wahid Asa (Wakil Ketua Lembaga Dakwah) untuk menerbitkan Aula lebih mandiri. Bantuan PWNU dan Infaq sengaja diberhentikan. 

Mulai saat itulah Aula terbit dengan biaya sendiri. Slogan manajamennya: setiap majalah yang keluar harus menjadi uang, dan 80 persen berhasil. Iklan didapatkan dan langganan menjadi andalan biaya penerbitan. Diadakan pembagian kerja yang tegas antara bidang redaksional dan perusahaan.

Terbit pertama dalam bentuk majalah ini bersamaan dengan berlangsungnya Muktamar Nahdlatul Ulama ke-27 di Situbondo yang ternyata mendapat sambutan baik. Oplah perdana 5.000 eks.

Dalam perkembangannya, oplah Aula pernah mencapai 20.000 eks. Saat krisis moneter melanda RI di akhir 1990an, oplah jatuh menjadi 5.000 lagi. Sekarang keadaan sudah pulih seperti sebelum krisis, bahkan lebih baik.

Aula mempunyai slogan: Bacaan Santri, Kiai, dan Pemerhati. Ambisinya memang menjadi majalah Nahdlatul Ulama, tidak ingin menjadi majalah umum atau majalah Islam lainnya. Dengan itu, diharapkan siapa pun yang ingin mengetahui NU dapat merujuk ke majalah Aula, dan terbukti pelanggan majalah ini bukan hanya warga NU, tapi siapa saja yang ingin tahu NU.

Mayoritas pelanggan Aula dari Jawa Timur, menyusul Jawa Tengah, Jawa Barat (termasuk DKI), dan luar Jawa. Pelanggan yang datang dari mancanegara dimulai oleh pengamat, diplomat, dan perpustakaan perguruan tinggi yang mempunyai jurusan studi Islam, atau studi Asia Tenggara.

Setelah KH Anas Thohir wafat pada 10 Juli 1987, Pemimpin Umum diganti Pjs. oleh KH A. Hasyim Muzadi. Kemudian pada 1991 diganti Pj. Pemimpin Umum oleh Choirul Anam, dan hingga sekarang dijabat oleh Abdul Wahid Asa, Pemimpn Perusahaan Habib Wijaya, dan Pemimpin Redaksi M. Subhan.

Sebagai bacaan orang NU, Aula yang terbit di setiap awal bulan ini aktif merespons beberapa isu penting yang berkembang seputar ke-NU-an, keislaman, dan kebangsaan. Aula mempunyai beberapa rubrikasi khusus yang bisa dikatakan permanen, seperti rubrik bahtsul masail, tokoh dan pesantren, dan khutbah Jum’at. (A. Khoirul Anam)