Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama melalui Lembaga Falakiyah mengeluarkan ikhbar bahwa awal bulan Shafar 1442 Hijriah jatuh pada Sabtu, 19 September 2020 atau persisnya mulai Jumat malam ini.
Keputusan ini ditetapkan berdasarkan istikmal atau menggenapkan bulan Muharram menjadi 30 hari karena hilal tak terlihat pada Kamis petang 29 Muharram kemarin. Hal ini selaras dengan prediksi data hisab Lembaga Falakiyah PBNU yang mengungkap, tinggi hilal saat itu minus 00 derajat 37 menit 48 detik BU dari markaz Jakarta.
“Terima kasih atas partisipasi dan kontribusi Nahdliyin,” kata Ketua Lembaga Falakiyah PBNU KH Sirril Wafa menutup ikhbar awal Safar tahun ini.
Bulan Safar merupakan bulan kedua setelah Muharram dalam kalender Hijriah. Penamaan bulan ini diambil dari kata “Shafr” yang berarti kosong. Menurut Ibnu Mandzur dalam Lisânul ‘Arab, hal ini dilatarbelakangi karena pada bulan tersebut orang-orang Makkah dalam sejarahnya berbondong-bondong pergi sehingga kota menjadi kosong.
Habib Abu Bakar al-‘Adni dalam Mandzumah Syarh al-Atsar fî mâ Warada ‘an Syahri Safar mencatat bahwa Safar merupakan bulan terjadinya beberapa peristiwa bersejarah, antara lain pernikahan Rasulullah dengan Sayyidah Khadijah, pernikahan Sayyidah Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib, hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah, perang pertama dalam Islam yaitu perang Abwa, penaklukan Khaibar, dan Rasulullah mengutus Usamah bin Zaid kepada pimpinan prajurit Rum tahun 11 Hijriah.
Dalam kitab yang sama, Habib Abu Bakar al-‘Adni menuliskan doa yang bisa dibaca pada bulan Safar ini agar senantiasa mendapat perlindungan dari Allah subhanahu wata’ala. Isi doa tersebut cukup panjang, memuat puji-pujian kepada Allah dan dominasi permohonan akan perlindungan dari berbagai keburukan pada bulan dan tahun ini. Simak doa selengkapnya dalam artikel “Doa Bulan Safar” yang ditulis Amien Nurhakim.
Pada zaman jahiliah, berkembang anggapan bahwa bulan Safar adalah bulan sial atau dikenal dengan istilah tasyâ-um. Bulan yang tidak memiliki kehendak apa-apa ini diyakini mengandung keburukan-keburukan sehingga ada ketakutan bagi mereka untuk melakukan hal-hal tertentu. Islam datang merevisi anggapan tersebut dan menegaskan bahwa tak ada hari atau bulan sial di mata syariat.
Editor: Mahbib
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua