Nasional HARI SANTRI 2019

Miliki Ilmu Tinggi, Habib Jindan: Harus Berakhlak Mulia

Selasa, 22 Oktober 2019 | 08:00 WIB

Miliki Ilmu Tinggi, Habib Jindan: Harus Berakhlak Mulia

Habib Jindan saat menyampaikan ceramah agama pada Santriversary yang digelar Kemenag di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Senin (21/10) malam. (Foto: NU Online/AR Ahdori)

Jakarta, NU Online
Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi harus dibarengi dengan akhlak yang mulia. Perilaku dan keterampilan tersebut harus berjalan seirama karena akhlak baik merupakan terjemahan dari ilmu yang dimiliki seseorang.
 
Habib Jindan bin Salim Novel Jindan mengatakan akhlak sebagai terjemahan dari ilmu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Anbiya ayat 107. Menurutnya, Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah untuk menjadi rahmat atau kasih sayang bagi alam semesta.
 
Kaitannya dengan rahmat tersebut, lanjut Habib Jindan, Rasulullah SAW bersabda, Aku diutus oleh Allah sebagai pengajar ilmu. Dipertegas melalui hadis populer yakni, Tidaklah aku diutus oleh Allah kecuali untuk menyempurnakan akhlak.
 
Innama bu’istu li utammima makaarimal akhlaq, aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak, yang mana akhlak tersebut merupakan terjemahan dari ilmu,” kata Habib Jindan saat menyampaikan ceramah agama pada Santriversary yang digelar Direktorat PD Pontren Ditjen Pendis Kemenag di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Senin (21/10) malam.

Baca juga: Santriversary, Malam Puncak Peringatan Hari Santri Malam Ini
 
Habib Jindan menyebut orang yang berilmu tapi tidak memiliki perilaku yang baik maka patut dipertanyakan keilmuannya. Bahkan menurut dia, kealimannya adalah palsu. Selanjutnya, jika seseorang memiliki perilaku baik, maka orang tersebut takut kepada Allah. Takut atas sanksi yang akan diberikan oleh-Nya.
 
“Sebab, ilmu dan takut tidak bisa dipisahkan. Barang siapa  yang mengklaim ilmu, memiliki keilmuan tetapi tidak takut kepada Allah maka klaimnya adalah palsu. Barang siapa mengklaim memiliki ilmu tetapi tidak takut untuk berucap yang haram, tidak takut untuk mendengar yang haram, tidak takut untuk melihat yang haram, tidak takut untuk bersikap yang haram, maka ilmunya adalah ilmu palsu,” tegas Habib Jindan.
 
Secara fisik, lanjutnya, ilmu bisa dikuasai oleh orang baik dan orang jahat. Namun, hakikatnya ilmu hanya dimiliki oleh orang yang takut kepada Tuhan seperti orang-orang saleh, dan golongan orang-orang tersebut adalah ulama.

Baca juga: Habib Jindan Ungkap Kecintaan Rasulullah terhadap Ilmu Pengetahuan
 
Innama yakhsyallaha min ibadihi al-‘ulamau, di antara hamba yang paling takut kepada Allah adalah para ulama,” paparnya pada perayaan malam puncak Peringatan Hari Santri 2019 itu.
 
Habib Jindan menjabarkan, umat manusia seperti masyarakat muslim yang hidup era kini, tidak boleh mengklaim dirinya sebagai orang yang paling berilmu. Sebab, Nabi Muhammad telah menegaskan bahwa orang alim yang paling berilmu tersebut hanya Rasulullah SAW.
 
“Dalam shahih bukhori, Nabi Muhammad SAW bersabda, inna a’lamakum billah wa akbakum bihi ana. Artinya, yang paling berilmu di antara kalian dan yang paling takut kepada Allah di antara kalian adalah aku,” tuturnya.
 
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Musthofa Asrori