Ngaji Ramadhan, Gus Ulil Ungkap Tradisi Sufi yang Ibaratkan Ma'rifatullah sebagai Sulfur Merah
Rabu, 5 Maret 2025 | 14:00 WIB

Gus Ulil saat Ngaji Ramadhan Kitab Jawahirul Quran karya Imam Al-Ghazali, pertemuan kedua. (Foto: tangkapan layar Youtube Ghazalia College)
Achmad Risky Arwani Maulidi
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla mengungkapkan bahwa para ulama sufi memiliki tradisi melabeli sesuatu yang langka dengan istilah kibritul ahmar atau sulfur merah.
Hal itu diungkapkan Gus Ulil dalam Ngaji Ramadhan Kitab Jawahirul Qur'an karya Imam Al-Ghazali pertemuan ke-2 pada Selasa (4/3/2025) malam. Ngaji ini disiarkan langsung melalui Kanal Youtube Ghazalia College.
Gus Ulil menjelaskan bahwa pada umumnya warna sulfur adalah kuning, sedangkan sulfur merah keberadaannya sulit ditemukan, bahkan sangat langka. Lalu para sufi menyematkan label kibritul ahmar (sulfur merah) pada pengetahuan tentang Allah.
"Nah, pengetahuan tentang Allah, ma'rifatullah itu adalah kalau diibaratkan dengan batu-batu mulia, ini batu yang langka sekali yaitu al-kibritul ahmar," ujar Gus Ulil.
Penulis Buku Jika Tuhan Maha Kuasa, Mengapa Manusia Menderita? itu menjelaskan bahwa ada tiga unsur di dalam pengetahuan tentang Allah.
Pertama, pengetahuan terkait dzat Allah. Kedua, terkait sifat-sifat Allah. Ketiga, terkait tindakan-tindakan-Nya (af'alullah).
"Yang paling berharga di antara tiga pengetahuan ini, ma'rifatu dzati adalah pengetahuan tentang dzatnya Allah. Itulah pengetahuan yang disebut dengan al-kibritul ahmar," tegasnya.
Penyematan sifat berharga atas pengetahuan dzat Allah disebabkan oleh keterbatasan akal manusia dalam memahaminya, sehingga walaupun mampu mendalami hanya sebagian, maka pemahaman itu masih dapat disebut sangat berharga.
Di samping itu, sesuatu yang tak kalah penting adalah pengetahuan atas diri manusia. Pandangan ini, Gus Ulil cantolkan pada adagium kaum sufi soal hubungan pengetahuan Allah dan manusia.
"Dengan demikian pengetahuan tentang diri kita itu juga pengetahuan yang sangat berharga. Karena kalau kita tahu diri kita sendiri, kita kenal Allah itu," katanya.
"Qur'an itu ya kitab yang menunjukkan jalan kepada kita, supaya kita mengenal pengetahuan tentang diri kita," sambungnya.
Pengetahuan tentang Allah yang dianalogikan dengan sulfur merah ini hanya bisa dimiliki oleh para raja yang bergelimang harta. Artinya, hanya segelintir orang yang bisa meminangnya.
Al-Qur'an melukiskan pengetahuan tentang dzat Allah dalam bentuk implisit. Tidak seperti seputar sifat-sifat maupun af'al-Nya yang lebih detail dan eksplisit.
Terpopuler
1
Kultum Ramadhan: 7 Amalan Spesial di Bulan Ramadhan untuk Pahala Berlipat
2
Kultum Ramadhan: 2 Motivasi untuk Memaksimalkan Ibadah di Bulan Suci
3
Menilik Perusahaan Induk Koperasi BMT NU Ngasem Bojonegoro, Punya Tujuan Berkontribusi kepada Nahdlatul Ulama
4
Kultum Ramadhan: Mari Perbaiki Diri di Bulan Suci
5
Manfaatkan Penyewaan Alat, Kurator PT Sritex Sebut Karyawan yang di-PHK Bisa Kembali Bekerja
6
Setelah Minta Maaf, Pertamina Jamin Ketersediaan BBM saat Mudik Lebaran 2025
Terkini
Lihat Semua