Jakarta, NU Online
Nahdlatul Ulama terus tumbuh dan berkembang melewati beragam fase sejak masa penjajahan, merebut kemerdekaan, dan mengisinya. Di masa kemerdekaan, NU juga kenyang menghadapi pahit manisnya beberapa sistem pemerintahan. Tidak banyak organisasi massa yang bisa bertahan hingga 93 tahun.
Menurut dosen tetap di Monash University Faculty of Law, Nadirsyah Hosen, faktor pertama yang menyebabkan organisasi yang didirikan para kiai di Surabaya pada 1926 ini bisa tetap bertahan dan berkembang adalah karena NU bisa bermakna sebagai ritual atau ajaran yang hidup dan dipraktikkan secara rutin, secara terus-menerus, di kalangan masyarakat bawah.
"Jadi masyarakat bawah itu, tahunya NU ya tahlilan, yasinan, istighotsah, ratiban, dibaan, dan seterusnya. Jadi, selama, masyarakat masih melaksanakan ritual itu, maka NU akan terus bertahan," katanya ketika dihubungi NU Online dari Jakarta, Rabu (30/1).
Menurut peraih dua gelar doktor dari Universitas Wollongong dan National University of Singapore ini, faktor yang kedua adalah keilmuan.
"Nah, di sini kaitannya erat dengan pesantren," ungkap Rais Syuriyah, Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Australia dan Selandia Baru ini.
Selama pesantren masih terus berjalan, kata dia, maka NU akan terus ada. Bahkan NU itu disebut pesantren besar, sementara pesantren disebut NU kecil. Jadi tidak dipisahkan antara NU dengan pesantren. Karena itu, selama pesantren terus ada, masih terus berjalan, keilmuan ala Nahdliyin masih terus dipelajari dan diproduksi melalui pesantren-pesantren NU, maka NU secara institusi akan terus ada.
"Yang ketiga, adalah budaya dimana peran kiai untuk merangkul masyarakat lewat pendekatan budaya dimana para kiai kemudian menjadi pengayom masyarakat, menjadi tokoh spiritual di tengah-tengah masyarakat sehingga masyarakat mengadu kepada para kiai, meminta doa, meminta taushiyah, meminta nasihat-nasihat, dan berbagai persoalan yang tidak bisa mereka pecahkan lewat jalur formal, mereka pasti akan lari kepada kiai, dan kiai akan memberikan jawaban dengan pendekatan budaya," jelasnya.
Jadi, ia menyimpulkan, ritual ilmu dan budaya lewat sosok para kiai di tengah-tengah masyarakat ini yang membuat NU bisa terus tegak berdiri dan bahkan akan terus berkembang. (Abdullah Alawi)