Nasional

Pameran Lukisan “Sang Maha Guru”, Kehadiran Gus Dur Makin Niscaya

Kamis, 22 November 2018 | 09:12 WIB

Jakarta, NU Online
Ny. Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid berpendapat lukisan buah karya Nabila Dewi Gayatri merupakan keberpihakan seniman terhadap nilai etik profetik (etika kenabian). Nilai yang berpihak kepada kemanusiaan dari sosok yang dilukisnya. 

"Seni yang seperti ini mengandung etik profetik, seni yang tidak hanya keindahan," katanya saat membuka pameran tunggal lukisan karya Nabila di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (22/11). Pameran lukisan tersebut menghadirkan wajah Gus Dur dari ragam dimensi dan dengan beragam tokoh. 

Menurut Sinta, pameran tersebut tidak hanya memamerkan karya seni, tapi menggali nilai-nilai Gus Dur dalam merawat Indonesia.

"Saat radikalisme, egoisme kelompok menguat; ketika kebangsaan direncah-rencah, upaya mengingat spirit Gus Dur menjadi niscaya. Di sinilah strategisnya Gus Dur," tegasnya. 

Lebih lanjut Sinta mengatakan, spirit Gus Dur itu sebaiknya menjadi penyadaran dan aktualisasi dari untuk kepentingan bangsa.

Sementara Nabila Dewi Gayatri mengatakan kreativitasnya menghadirkan Gus Dur dalam karya lukis. Menurut dia, Gus Dur bukan hanya milik NU, tapi panutan banyak umat beragama. 

"Dan akhirnya menjadi ingatan kolektif bangsa karena obor sengkarut kegelapan," katanya. "Saya berusaha menghadirkan Gus Dur di keseharian kita," lanjutnya. 

Tidak cukup dengan kata-kata, seorang pelukis ya dengan lukis, ada yang hari lahir, wafatnya

Maha guru karomah yang jelas, memberkati sekitarnya, setiap hari ribua peziarah datang. 

Ketua Umum PBNU Kiai Said Aqil Siroj mengisahkan pengalaman-pengalamannya saat menemani Gus Dur semisal pembelaannya terhadap Konghuchu dan saat jalan-jalan di Masjid Nabawi Madinah.

Hadir pada kesempatan itu, Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Ali Masykur Musa, Ketua Umum Pagar Nusa Nabil Harun, dan para cendekiawan lintas agama.

Pameran yang merupakan kerja sama ISNU, NU Gallery yang didukung Angkasa Pura ini akan berlangsung sampai 30 November.  (Abdullah Alawi)