Jakarta, NU Online
Memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-73 Republik Indonesia, simbol bendera merah putih menyelimuti makam Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Tebuireng, Jombang. Simbol dwi warna tersebut berasal dari bunga yang ditebar di atas pusara sang pejuang kemanusiaan tersebut.
Penampakan simbol bendera Indonesia itu pertama kali di-posting oleh akun instagram Jaringan Gusdurian (@jaringangusdurian), Kamis (16/8) malam untuk mengenang pengabdian dan perjuangan Gus Dur bagi bangsa dan negara.
Dalam caption-nya, Jaringan Gusdurian mengajak kepada seluruh elemen bangsa untuk sejenak meluangkan waktu dan mendoakan para leluhur bangsa. Melalui pusara Gus Dur, Komunitas Gusdurian mengingatkan bahwa para leluhur bangsa setia meneguhkan keutuhan bangsa Indonesia.
“Mari sejenak luangkan waktu kita untuk mendoakan para leluhur bangsa yang telah berjuang dan mengabdikan dirinya untuk keutuhan bangsa Indonesia dan rela berkorban demi terwujudnya persatuan dan kesatuan di negeri yang bhinneka ini,” tulis Jaringan Gusdurian yang saat ini dinakhodai Alissa Wahid, putri sulung Gus Dur.
“Lahumul al-Fatihah,” doanya.
Jaringan Gusdurian yang saat ini tersebar di berbagai wilayah terus berupaya mewarisi dan meneruskan pemikiran serta perjuangan Gus Dur. Pada 10-12 Agustus 2018 lalu, mereka baru saja melaksanakan Temu Nasional Jaringan Gusdurian di Yogyakarta.
Dalam kesempatan tersebut, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Indonesia Alissa Wahid mengatakan, Gusdurian adalah kelompok yang menggali pemikiran dan meneladani perilaku Gus Dur untuk menjaga keutuhan NKRI.
Demikian juga Gusdurian adalah kelompok yang tidak pernah kekurangan cinta kepada rakyat akar rumput (grass root) dari seluruh elemen bangsa.
"Kita mewarisi semangat dan tradisi Gus Dur, untuk selalu membela kemanusiaan, memberangus ketidakadilan dan penindasan," ujar Alissa Wahid saat memberikan sambutan di awal pembukaan kegiatan.
Menurut Alissa, tahun 2018 ini adalah tahun perjuangan nyata Gusdurian. Sebab bangsa Indonesia butuh terus ‘dijahit’ nalar kebangsaannya. Untuk itu Jaringan Gusdurian harus berani mengambil sikap dan membela kepentingan rakyat.
Dari temu nasional yang dihadiri oleh para penggerak Gusdurian dari berbagai wilayah ini, Jaringan Gusdurian menghasilkan sejumlah rekomendasi strategis di bidang politik, ekonomi, sumber daya alam, agama dan budaya, tata kelola pemerintahan bersih, serta hukum dan HAM. (Fathoni)