Jakarta, NU Online
Penerbit buku Kanisius, tahun ini telah memasuki usia 96 tahun. Meski kecenderungan pembaca hari ini tengah hijrah ke buku digital, penerbit tersebut tetap bertahan. Terus bertahan dan akan tetap bertahan.
Menurut Direktur Penerbit Kanisius Yogyakarta Romo Azis Mardopo SJ, penerbitannya tetap bertahan karena ada pembaca yang masih kerasan membaca dalam bentuk print atau cetak. Masih ada orang yang beranggapan bahwa membaca buku digital itu cepat melelahkan mata.
Sementara, lanjutnya, ketika membaca buku buku cetak, pembaca memang akan mengalami kelelahan juga, tapi ia bisa mencoret-coretnya, membaca menandainya sesuka hati.
“Itu salah satu yang kita cermati,” katanya kepada NU Online, selepas bedah buku NU Penjaga NKRI yang dilakukan NU Online di Gedung PBNU, Jakarta, 10 April lalu.
Ia menambahkan, Kanisius bertahan juga karena berpijak pada visi misi mencerdaskan bangsa lewat perbukuan, lewat percetakan.
“Dunia perbukuan itu kan mencerdaskan, supaya orang membaca, tetap konsistensi pada itu, membuat orang membaca, kita menyediakan buku-buku bacaan,” tambahnya.
Supaya orang membaca buku berkualitas, lanjutnya, Kanisius mempersiapkan buku-buku bacaan yang berkualitas.
Bulan April, tepatnya tanggal 23 ditetapkan UNESCO sebagai hari buku sedunia. Pada tahun 1995, badan PBB dalam bidang pendidikan itu sebab tanggal tersebut juga merupakan hari kematian William Shakespeare dan Inca Garcilaso de la Vega,[2] serta hari lahir atau kematian beberapa penulis terkenal lain. (Abdullah Alawi)