Nasional

Pengamat Pertanyakan Motif AS yang Mendadak Desak Gencatan Senjata di Gaza Palestina

Rabu, 6 Maret 2024 | 15:00 WIB

Pengamat Pertanyakan Motif AS yang Mendadak Desak Gencatan Senjata di Gaza Palestina

Ilustrasi bendera Israel dan Palestina. (Foto: freepik)

Jakarta, NU Online

Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Nasional, Harry Darmawan, menyangsikan atau mempertanyakan tuntutan gencatan senjata di Gaza, Palestina, yang didesak oleh Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris.


“Mesti hati-hati, ya. Ada apa di balik pernyataan Wapres Amerika Serikat ini yang menuntut untuk segera disepakatinya gencatan senjata,” kata Harry kepada NU Online, Senin (5/3/2024).


Harry menyoroti keanehan di balik urgensi AS dalam mencapai kesepakatan tersebut, mengingat minimnya peran yang mereka tunjukkan selama upaya-upaya sebelumnya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza.
 

“Anehnya, yang pada saat ini cenderung ingin kesepakatan gencatan senjata itu segera tercapai adalah AS. Nah, ke mana saja mereka selama ini? Ketika berbagai macam upaya untuk gencatan senjata itu segera disepakati,” terangnya.


Harry menyatakan bahwa sebagian pihak, termasuk Hamas, merasa bahwa upaya gencatan senjata saat ini tidak menyertakan keinginan murni untuk mengakhiri konflik secara permanen, sehingga menyulitkan proses kesepakatan.


“Kamala Harris dalam pernyataan menuntut Hamas untuk bisa segera menyepakati gencatan senjata itu karena Hamas belum sepakat. Nah kenapa Hamas belum sepakat? Karena Hamas merasa upaya gencatan senjata ini tidak serta-merta itu diikuti oleh keinginan untuk mengakhiri konflik ini secara permanen,” paparnya.


Harry juga menekankan pentingnya untuk mewaspadai kemungkinan bahwa gencatan senjata hanya bersifat sementara, yang justru dapat dimanfaatkan oleh Israel untuk mempersiapkan strategi untuk memperkuat invasi yang lebih luas ke Gaza dan wilayah sekitarnya.


“Kalau misalnya gencatan senjata hanya bersifat sementara, maka kemungkinan ini dapat dijadikan oleh Israel untuk mempersiapkan secara lebih dalam dan lebih luas invasinya. Kalau misalnya kita perhatikan, invasi ini sudah bukan di Gaza dia sudah ke Rafah juga kemudian sudah meluas juga ke Lebanon kemudian meluas juga ke Damaskus. Nah, ini harus hati-hati,” jabarnya.


Selain itu, Harry menilai adanya perubahan sikap dari beberapa negara, termasuk Indonesia dan Afrika Selatan, yang mulai meragukan pendekatan AS dalam konflik ini. Beberapa negara pendukung Israel pun mulai memperlihatkan perubahan sikap atas dukungannya.


“Negara-negara yang selama ini men-support Israel, kemudian mulai ragu-ragu. Mulai jengah karena Israel yang awalnya klaim hanya untuk mempertahankan diri mereka, tapi kemudian justru melakukan serangan-serangan yang itu masuk dalam kategori invasi,” pungkasnya. 

 

Sebagai wujud kepedulian bagi warga Palestina, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui NU Care-LAZISNU mengajak masyarakat untuk menyalurkan bantuan dana kemanusiaan yang dapat disalurkan melalui NU Online Super App di fitur Zakat & Sedekah atau lewat tautan https://applink.nu.or.id/donation.