Perempuan Rentan Aksi Terorisme, Narasi Kebenaran Tunggal Jadi Pintu Masuk
Sabtu, 3 April 2021 | 03:35 WIB
Sekretaris Jenderal Internasional Asian Muslim Action Network (AMAN) dan Country Representative Aman Indonesia, Dwi Rubiyanti Kholifah. (Foto: dok. istimewa)
Syifa Arrahmah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Perempuan dinilai rentan terpapar radikalisme dan aksi terorisme. Hal itu menyebabkan mereka turut terlibat masuk dalam aksi teror dan penyerangan yang lahir dari narasi kebenaran tunggal kelompok ekstremis. Hal itu dibuktikan oleh Zakiah Aini pelaku aksi penyerangan di Mabes Polri pada Rabu (31/3) kemarin dan perempuan-perempuan lain yang terlibat aksi teror sebelum-sebelumnya.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Jenderal Internasional Asian Muslim Action Network (AMAN) dan Country Representative Aman Indonesia, Dwi Rubiyanti Kholifah. Menurutnya, image (bayangan) yang santer disuarakan di media sosial dengan mengglorifikasi tampilan tertutup yang disematkan kepada perempuan bukan saja telah menutup tubuhnya secara fisik, tetapi juga menutup pikirannya.
"Pikirannya tertutup (eksklusif) dari hal-hal di luar pemahaman kelompoknya. Tafsir kebenaran tunggal digaungkan secara massif dan terorganisasi," ujar perempuan yang akrab disapa Ruby Kholifah itu saat dihubungi NU Online, Jumat (2/4).
Narasi tersebut, kata Ruby, dikemas menarik dengan suguhan kemuliaan jihad secara ekstrem dan jaminan surga yang disuguhkan kepada kaula muda yang sedang mengalami desperate (putus asa).
"Karena di ulang-ulang akhirnya menjadi afirmasi dan tujuan hidup, hingga lahir sosok seperti Zakiah Aini yang delusi merasa dirinya terliberasi dan empower (berkuasa) untuk meneror," jelas Ruby yang mewakili Indonesia dalam 100 Women BBC ini.
Menurutnya, perempuan seperti Zakiah tidak memiliki fondasi keagamaan yang kuat. Terlihat bahwa orang-orang yang melakukan aksi teror tidak mampu melakukan komparasi terhadap pemahaman keagamaan yang dimilikinya. "Maka sangat mudah buat orang-orang seperti Zakiah terekrut dalam kelompok ekstremis," terang Ruby.
"Mereka yang teradikalisasi melihat segala sesuatu dengan sinis dan penuh kebencian, seperti pesan tertulis dalam surat Zakiah yang berisikan larangan serta pengharaman terhadap segala sesuatu," imbuh dia.
Solusi efektif mencegah radikalisme, menurutnya, ialah menanamkan nilai-nilai pancasila dan keberagaman bangsa Indonesia melalui berbagai program perjumpaan di masyarakat, lalu mengedukasi bahwa kemajemukan yang ada di Indonesia adalah given (berkah) dari Allah SWT.
"Pada saat berjumpa dengan orang yang mempunyai latar belakang berbeda, saat itu pula rasa kemanusiaan akan muncul dan terlihat. Di Al-Qur'an surat Al-Hujurat ayat 13 tertulis, Tuhan menciptakan manusia yang berbeda-beda agar kita bisa saling belajar," ujar Ruby.
Bahwa kenyataannya berbeda adalah bagian dari ornamen dalam hidup saja. Tetapi sebagai manusia esensinya sama mereka juga ingin dihormati sama seperti kita, mereka ingin hidup damai dan mereka adalah manusia yang mempercayai bahwa penting untuk menjaga perdamaian secara bersama-sama dan menghindari segala bentuk kekerasan, kata Ruby.
Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua