Tasikmalaya, NU Online
Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin mengatakan, pesantren tidak boleh menutup mata dengan adanya perkembangan pesat di bidang sains dan teknologi. Sebagian alumninya ada yang menggeluti ilmu umum seperti mempelajari pertanian, perdagangan, perbankan, asuransi dan sebagainya.
“Pesantren saat ini harus mempersiapkan diri mengikuti perkembangan sehingga tidak ada keengganan bagi orang kota untuk memesantrenkan anaknya. Saya kira itu momentum penting dari diadakannya hari santri,” katanya di Gedung PBNU, Jakarta, Ahad (21/10).
Setelah memberikan bekal ilmu agama sedalam-dalamnya, pesantren harus membekali wawasan yang luas kepada para santri, memperbanyak hubungan dengan berbagai pihak agar tidak minder saat menghadapi kehidupan yang sangat kompleks.
“Intinya bagaimana agar santri menjadi orang-orang yang bermanfaat, bisa memberi solusi, memecahkan masalah atas problem-problem kehidupan di masyarakat yang semakin lama semakin rumit, bukan justru sebaliknya, menjadi sumber masalah kehidupan itu sendiri,” bebernya.
Maka, lanjut kiai asal Lampung ini, pesantren harus terus mendorong para santri rajin belajar, ibadah, bekerja, harus senantiasa mencerdaskan dirinya.
Santri yang cerdas, memiliki wawasan luas dan terampil memiliki peluang untuk menempati pos-pos penting di negara ini. Santri bisa menjadi camat, bupati, gubernur.
Ia menegaskan, sejarah telah membuktikan kalangan santri pernah menduduki jabatan tertinggi di negara ini, yaitu KH Abdurrahman Wahid yang pernah menjadi presiden. (Abdullah Alawi)