Program Inkubasi Beasiswa PBNU-Maroko 2024 Rampung, 47 Peserta Siap Ikuti Tahap Muqabalah
Rabu, 14 Agustus 2024 | 19:00 WIB
Jakarta, NU Online
Rabithah Ma'ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU) telah menyelesaikan program inkubasi Beasiswa PBNU-Maroko yang telah berlangsung selama satu bulan, pada 15 Juli-15 Agustus 2024.
Acara penutupan diadakan di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur dan dihadiri langsung oleh Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil), Ketua RMI PBNU KH Hodri Ariev, dan Ketua Yayasan Ponpes Bahrul Ulum KH M Wafiyul Ahdi.
Penanggung Jawab Beasiswa PBNU-Maroko 2024 Muhammad Iqbal menyatakan, program yang bertujuan sebagai upgrading potensi intelektual santri ini diikuti oleh 47 peserta.
“Penutupan inkubasi beasiswa PBNU Maroko di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur. Peserta yang ikut hadir semua dari 47 orang,” kata Iqbal kepada NU Online, Rabu (14/8/2024).
Sebanyak 47 peserta terpilih dari berbagai pesantren yang tergabung dalam jaringan NU itu telah mengikuti serangkaian seleksi sebelum pada akhirnya mengikuti program pelatihan intensif oleh RMI PBNU.
Selanjutnya, para peserta yang telah menyelesaikan program inkubasi ini akan melanjutkan tahap Muqabalah dari Wizaratul Awqof Kerajaan Maroko atau Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Islam. Tahap ini merupakan akhir dari proses seleksi sebelum para peserta akhirnya dinyatakan lolos sebagai penerima beasiswa PBNU-Maroko 2024.
“Muqabalah perkiraan awal September,” katanya.
Iqbal menyebut bahwa Ketua RMI PBNU KH Hodri Arief dalam sambutannya menyampaikan pesan kepada 47 peserta inkubasi agar selalu menjaga tradisi pesantren selama kelak belajar di Negeri Matahari Terbenam itu.
“Santri yang berangkat ke Maroko harus tetap mengakar pada tradisi pesantren dan menjadikan kiai sebagai sumber referensi,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua PBNU Gus Ulil menekankan pentingnya menggali keilmuan di Maroko sebagai sumber khazanah baru, terutama dalam mempelajari sejumlah mazhab dalam fiqih.
“Di Maroko, mazhab yang dominan adalah Maliki. Oleh karena itu, para peserta diharapkan mampu memanfaatkan kesempatan ini untuk memperdalam ilmu fiqih serta mempelajari kitab-kita yang relevan,” terang dia.
Lebih lanjut, Gus Ulil mendorong para peserta untuk menguasai bahasa Darija yang merupakan bahasa asli Maroko sebagai modal penting dalam diplomasi di masa mendatang.
“Bahasa Darija akan menjadi modal penting bagi para peserta yang kelak mungkin menjadi diplomat NU sehingga mereka mampu berkomunikasi secara efektif dalam bahasa Arab Maroko,” ujar Pengasuh Ghazalia College itu.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua