Mataram, NU Online
Rais ‘Aam PBNU KH Ma’ruf Amin mengatakan, karena NU didirikan para ulama, maka gerakan NU adalah gerakan para ulama yang berusaha menjaga, memperbaiki, memberikan pelayanan kepada umat (masyarakat).
Kiai Ma’ruf merinci gerakan NU tersebut dengan menyebut NU sebagai gerakan meperkuat dan melindungi akidah warga NU dengan cara dan praktik Ahlussunah wal-Jama’ah.
“Cara berpikir NU adalah dinamisasi agar NU tidak jumud, statis pada teks-teks saja, tidak statis pada ibarat-ibarat saja, tapi berpikir dinamis dan kontekstual, tapi tidak liberal,” jelasnya kepada para peserta Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama di Islamic Center Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), kota Mataram, Kamis malam, (23/11).
Gerakan yang kedua adalah amaliyah, yaitu menghidupkan amaliyah-amaliyah NU. Amaliyah tersebut adalah praktik yang bersumber dari ajaran Ahlussunah wal-Jama’ah.
“NU juga organiasi, bukan kumpulan kematian. Karena itu ada pedoman-pedoman, tempat rujukan kembali; ada Qanun Asasi, AD/ART, keputusan-keputusan yang harus dilaksanakan,” tambahnya.
Kepetusan-keputusan itu adalah sesuatu yang telah disepakati. Dengan demikian, apabila sudah ada keputusan di Muktamar dan Munas dan Konbes, seluruh pengurus dan warga NU tak boleh mengingkarinya.
Karena itulah, secara organisasi, NU harus terus dikonsolidasi, dimonitoring, dievaluasi, agar sesuai dengan keputusan yang telah disepakati itu.
“Mana yang perlu diperbaiki agar standar minimal organisasi itu terwujud. Tidak boleh ada yang tidak bergerak, mabniyun ala sukun la mahalla laha minal i’irab,” tegasnya.
Menurut dia, Munas dan Konbes ini akan melahirkan keputusan yang akan diterapkan dan diberlakukan ke dalam NU sendiri, ada juga kepada pihak luar, yaitu rekomendasi kepada pemerintah dan pihak terkait agar ditindaklanjuti.
“NU harus berperan mempengaruhi pihak-pihak agar terjadi perubahan yang lebih baik dalam masyarakat, bernegara, dan berbangsa,” pungkasnya.
Munas Alim Ulama dan Konbes NU dibuka Presiden Joko Widodo Kamis siang. Hajatan tingkat nasional itu digelar di lima pondok pesantren dan akan berlangsung hingga 26 November. (Abdullah Alawi)