Jakarta, NU Online
Setelah mendapat protes dari Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok. Lewat hak jawabnya yang dikirimkan kepada Republika.co.id, Ahad (1/4), akhirnya pihak Harian Republika memberikan klarifikasi yang dimuat di media onlinenya edisi Selasa 03 April 2018 10:03 WIB.
Dalam klarifikasi sebagaimana yang ditulis Republika di http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/news-analysis/18/04/03/p6l8ys282-gonjangganjing-pelajaran-ideologi-komunis?utm_source=dable menyatakan, apa yang dia pernah tulis terkait dengan mahasiswa maupun mahasiswi yang belajar si negeri Tiongkok yang diajarkan paham komunis di kampusnya adalah bersumber dari pernyataan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Sofyan Anif yang menyebut pelajar-pelajar Indonesia di Cina mendapatkan pemahaman ideologi komunis.
Sofyan dalam Seminar Nasional Perspektif Hadratussyaikh Kiai Haji Hasyim Asyari dan Kiai Haji Ahmad Dahlan di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada Sabtu (31/3), mengaku mendapatkan kabar tersebut setelah Menteri Pendidikan Cina mengundang 10 rektor yang salah satunya dihadiri olehnya mewakili UMS di Cina.
Dalam pertemuan tersebut, kata Sofyan, salah satu rektor perguruan tinggi di Cina mengungkapkan, saat ini Cina sedang gencar-gencarnya menanamkan ideologi komunis kepada seluruh pelajar di Cina.
Apa yang telah ditulis Republika, juga mendapatkan bantahan dari Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok juga keberatan dengan berita yang diturunkan Republika.co.id. PPI Tiongkok menegaskan tak ada upaya penanaman ideologi komunis pada pelajar Indonesia yang menempuh pendidikan di Tiongkok.
"PPI membantah ditanamkannya ideologi komunis kepada pelajar Indonesia di Tiongkok," kata Ketua Umum PPI Tiongkok Raynaldo Aprilio melalui surat edaran PPI Tiongkok yang diterima Republika.co.id, Senin (2/4).
Raynaldo menyatakan, pemberitaan tersebut juga telah menimbulkan keresahan di kalangan pelajar Indonesia di Tiongkok. Ia pun menegaskan tak keberatan jika dibutuhkan informasi mengenai kegiatan para pelajar Indonesia di Tiongkok.
Dalam klarifikasinya Republika juga mengutip pernyataan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir tidak mempermasalahkan kalau mahasiswa Indonesia yang kuliah di Cina belajar ideologi komunis. Bagi Nasir, baik itu komunis, liberalis, atau sosialis, adalah bagian dari ilmu pengetahuan yang harus dipelajari.
"Kalau pelajari silakan, tetapi ideologinya harus tetap Pancasila," kata Nasir usai Orasi Ilmiah dalam rangka Dies Natalis Wisuda Universitas Islam Jember, Jawa Timur, Ahad (1/4).
Sebagaimana yang pernah diwartakan NU Online edisi Senin, 02 April 2018 00:30 Nasional, PCINU Tiongkok melakukan protes melalui surat resmi Nomor : 010/PCINU/IV/2018, Perihal: Sikap Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok atas berita Harian Republika tanggal 01 April 2018. (Muiz)