Resolusi Jihad NU Masih Berlaku Hingga Saat Ini
Ahad, 23 Oktober 2016 | 13:04 WIB
Surabaya, NU Online
Tanggal 22 Oktober telah ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional sejak setahun yang lalu oleh Presiden Indonesia, Joko Widodo. Hal ini berdasarkan pada Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015 yang diresmikan pada saat Deklarasi Hari Santri Nasional di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (22/10/2015).
Alasan penetapan Hari Santri Nasional sendiri menurut Presiden yang kerap disapa dengan sapaan Jokowi ini salah satunya adalah untuk meneladani sikap rela berkorban untuk bangsa dari santri. "Semangat kebangsaan, cinta Tanah Air, rela berkorban untuk bangsa dan negara," ujar Presiden yang akrab disapa dengan sebutan Jokowi tersebut saat Deklarasi Hari Santri Nasional.
Sabtu, (22/10) setahun setelah Deklarasi Hari Santri Nasional, di berbagai belahan Indonesia mengadakan peringatan Hari Santri Nasional. Salah satunya di Surabaya yang dilaksanakan di Tugu Pahlawan. Dalam memperingati Hari Santri Nasional, 4444 santri Surabaya mengadakan upacara Hari Santri yang dipimpin langsung Ketua PWNU Jawa Timur KH Mutawakkil Alallah.
Upacara Hari Santri Nasional ini diikuti badan-badan yang ada di bawah NU Surabaya ataupun yang memiliki keterkaitan dengan NU Surabaya, seperti Pagar Nusa, GP Ansor, Banser, PMII, IPNU, IPPNU, sekolah yang berada di bawah LP Ma’arif Surabaya, Muslimat NU, Fatayat NU, UNUSA dan masih banyak lagi lainnya.
Upacara ini sendiri berlangsung sebagaimana seperti upacara pada umumnya. Bedanya adalah dalam pelaksanaannya terdapat beberapa hal yang memang berhubungan dengan santri. Salah satunya tersebut adalah mengenai amanat yang disampaikan Kiai Mutawakkil yang berisi kisah bagaimana Resolusi Jihad yang dicetuskan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari yang menjadi latar belakang adanya Hari Santri.
Menurutnya, sosok dari KH Hasyim Asy’ari wajib ditiru oleh santri saat ini. Hal itu dikarenakan kepribadian dari KH Hasyim Asy’ari yang menjadi santri selama hidupnya. “Tirulah Mbah Hasyim yang selalu menjadi santri,” tutur kiai yang menjadi pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo ini.
Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa Resolusi Jihad masih berlaku hingga saat ini karena tidak pernah ada pihak yang mencabutnya. Namun saat ini dalam pengertian yang berbeda. “Jihad saat ini berupa melawan anarkisme dan radikalisme. Jihad melawan narkoba,” jelas beliau.
Upacara ini juga dihadiri oleh ketua PCNU Surabaya, KH Achmad Muhibbin Zuhri. Saat ditanya mengenai pandangannya mengenai adanya Hari Santri Nasional ini, ia menjawab bahwa Hari Santri tidak hanya sebagi pengakuan negara terhadap perjuangan santri menghadapi penjajah, tapi juga untuk mengukuhkan etos santri supaya berperan lebih aktif dalam masyarakat. “Selain itu dengan adanya Hari Santri ini diharapkan mampu untuk meningkatkan kompetensi santri,” jelasnya.
Selain itu, ia juga berpesan kepada seluruh santri, khususnya yang berada di Surabaya agar meningkatkan kemampuannya. “Selain religius, santri harus meningkatkan kemampuan baik hard skill maupun soft skill. Supaya dapat memadukan antara keduanya,” pesannya saat ditanya mengenai pesan beliau kepada santri, terlebih yang berada di Surabaya.
Di akhir upacara ini, peserta upacara juga disuguhi dengan kesenian silat yang dibawakan oleh Pagar Nusa Surabaya, penampilan ini ternyata mampu memukau para hadirin yang ada di Tugu Pahlawan ini. (Ahmad Hanan/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua