Nasional

Safar Bukan Bulan Sial dan Musibah, Berikut Penjelasan Ibnu Rajab

Jumat, 18 Agustus 2023 | 21:00 WIB

Safar Bukan Bulan Sial dan Musibah, Berikut Penjelasan Ibnu Rajab

Ilustrasi bulan Safar. (Foto: Dok NU Online)

Jakarta, NU Online 
Umat Islam telah memasuki bulan Safar 1445 H mula hari ini, Jumat (18/8/2023). Bulan kedua dalam kalender Hijriah ini kerap dianggap dan diyakini sebagai bulan sial yang banyak terjadi musibah di dalamnya.


Mengutip Ibnu Rajab al-Hanbali (wafat 795 H) dalam kitabnya yang berjudul Lathâ-iful Ma’ârif, Ustadz Sunnatullah menulis bahwa bulan Safar dan bulan lainnya tidak memiliki perbedaan sama sekali. Seperti bulan-bulan lainnya, di bulan Safar bisa saja terjadi keburukan, tetapi juga tidak menutup kemungkinan adanya peristiwa kebaikan. Artinya, tidak boleh meyakini bulan Safar sebagai bulan yang dipenuhi dengan keburukan dan musibah.


“Adapun mengkhususkan kesialan dengan suatu zaman tertentu bukan zaman yang lain, seperti (mengkhususkan) bulan Safar atau bulan lainnya, maka hal ini tidak benar,” tulis Ustadz Sunnatullah mengutip Ibnu Rajab al-Hanbali, sebagaimana dilansir NU Online dalam tulisan berjudul Bulan Safar: Latar Belakang Nama dan Mitos Kesialan di Dalamnya, dikutip pada Jumat (18/8/2023).


Lebih lanjut, Ibnu Rajab tidak membenarkan keyakinan seperti itu. Hal ini mengingat semua bulan, waktu, zaman, dan tahun merupakan makhluk Allah swt, yang di dalamnya bisa saja terjadi suatu kesialan, bencana, dan musibah. Karenanya, menjadi tidak logis jika musibah hanya dikhususkan pada bulan Safar dan meniadakannya pada bulan-bulan lainnya.


Bahkan, lanjut Ustadz Sunnatullah, Ibnu Rajab menegaskan bahwa barometer dari baik dan tidaknya suatu zaman tidak dilihat dari kejadian-kejadian yang terjadi di dalamnya. Semua zaman yang di dalamnya semua seorang Mukmin menyibukkan diri dengan kebaikan, maka zaman tersebut adalah zaman yang diberkahi. Sebaliknya, penyebab suatu zaman tidak diberkahi oleh Allah swt adalah dikarenakan banyaknya kemaksiatan yang dilakukan manusia.


Oleh karena itu, pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Bangkalan, Jawa Timur itu menegaskan bahwa tak aneh jika Ibnu Rajab menolak anggapan atau keyakinan bahwa bulan Safar sebagai bulan kesialan yang dipenuhi dengan musibah dan keburukan.