Savic Ali Ungkap Bahaya Gagasan Konservatisme Wahabi dan Ajak Pegiat Medsos Sajikan Konten Moderat
Kamis, 12 Desember 2024 | 16:00 WIB
Ketua PBNU Savic Ali dalam diskusi bertajuk Merayakan Toleransi di Rimba Digital di Outlier Cafe & Studio, Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (11/12/2024). (Foto: NU Online/Risky)
Achmad Risky Arwani Maulidi
Kontributor
Tangerang Selatan, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Mohamad Syafi' Alielha (Savic Ali) mengungkapkan ancaman gagasan konservatisme wahabi.
Menurutnya, ancaman gagasan konservatisme wahabi bukan menyasar kepada kalangan Islam tertentu seperti NU, melainkan terhadap bangsa Indonesia.
"Tapi orang Indonesia yang mempermasalahkan ucapan Natal dan bla bla bla, itu banyak sekali. Korbannya siapa? Bukan orang NU pertama-pertama," tegas Savic dalam diskusi bertajuk Merayakan Toleransi di Rimba Digital di Outlier Cafe & Studio, Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (11/12/2024).
Menurut Savic, gagasan konservatisme wahabi menabrak semangat bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi keragaman dan menghargai keyakinan yang berbeda.
"Artinya beban utamanya juga bukan di NU, tetapi di warga Indonesia semua," tegasnya.
Oleh karenanya, ia mengajak para pegiat media sosial untuk menyajikan konten-konten yang bersemangat multikultural, moderat dan inklusif. Meski demikian, ia mewanti-wanti agar tidak terpeleset ke dalam tindakan reaksioner.
Sementara itu, Kepala Pusat Kerukunan Beragama Kementerian Agama (Kemenag) RI Muhammad Adib Abdushomad mengatakan bahwa untuk menangkal gerakan radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan agama, setiap orang perlu melibatkan diri dalam lingkungan masing-masing.
Baca Juga
Langkah-langkah Dakwah di Media Sosial
Dalam konteks negara, Adib berujar bahwa pemerintah saat ini tengah memberlakukan deteksi dini terhadap konflik berdimensi sosial keagamaan.
Hal ini diungkapkan sebagai pengembangan dari Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 58 Tahun 2023 tentang Penguatan Moderasi Beragama.
Seirama, pendakwah digital Habib Husein Ja'far mengimbau setiap orang yang memiliki kompetensi dan berkeadaban agar bersuara di media sosial.
Menurutnya, suara mereka sangat penting sebagai alat untuk menebarkan narasi keagamaan yang moderat dan inklusif.
"Jadi kalau kita yang memiliki kemampuan itu tidak berbicara sedangkan mereka berbicara yang sudah pasti kemudian engagement-nya akan berada di mereka, karena itu mau tidak mau kita harus keluar," tegas Habib Husein Ja'far, penulis buku Menyegarkan Islam Kita itu.
Sebagai informasi, diskusi ini menghadirkan penulis buku Radikalisme di Media Sosial Mohammad Nuruzzaman, sejumlah pegiat media, dan mahasiswa. Acara ini didukung Pusat Kerukunan Beragama Kemenag RI dan dimeriahkan dengan hiburan musik oleh band single Amboro.
Terpopuler
1
Modal Infak Rp10 Ribu per Orang Tiap Bulan, MWCNU di Jombang Berhasil Bangun Kantor Seharga Rp1,6 Miliar
2
Sunhaji Minta Presiden Prabowo Tolak Pengunduran Diri Miftah Maulana, Begini Respons Warganet
3
Khutbah Jumat: Amalan Sederhana, Namun Bermanfaat Bagi Sesama
4
Khutbah Jumat: 3 Penyakit Hati yang Harus Dijauhi
5
Gus Baha Jelaskan Pentingnya Tata Krama Sosial di Masyarakat
6
Khutbah Jumat: Bersabar dan Memetik Hikmah di Balik Musibah
Terkini
Lihat Semua